The Harbin International Ice and Snow menjadi festival musim dingin tahunan kebanggaan China. Saat festival mau dimulai, ada petani yang bekerja keras untuk memotong es.
Seperti dihimpun detikcom dari AFP, The Harbin International Ice and Snow adalah festival es terbesar dunia. Festival ini diadakan untuk menyambut musim dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Keseharian Lio adalah petani jagung dan kedelai. Tapi khusus musim dingin, Liu dan petani lainnya akan beralih menjadi petani es.
Sebagai petani es, Liu akan bekerja di Sungai Songhua. Sungai Songhua yang membeku menjadi salah satu tempat panen es alami untuk festival es Harbin.
Lebih dari 100 petani akan masuk ke sungai. Mereka mulai bekerja sebelum fajar sampai matahari terbenam. Dengan hati-hati, para petani harus memotong es dengan menggunakan alat-alat tangan.
![]() |
Festival megah ini membutuhkan sekitar 170 meter kubik es. Jumlah ini sebanding dengan mengisi 70 kolam renang olimpiade.
Setiap harinya Liu dan team bisa memotong 2.000 keping es. Pekerjaan ini hanya dilakukan sampai 3 minggu saja.
Es yang dipotong akan dihargai 2,5 yuan atau sekitar Rp 5.000 per 1,6 meter dengan berat 400 kg. Selama sehari, petani bisa diberi upah 500 yuan atau sekitar Rp 1 juta.
![]() |
Pekerjaan ini menuntut fisik yang kuat. Dengan suhu di bawah minus 18 derajat celsius, para petani tidak memiliki pengaman yang cukup seperti pelampung.
Mereka menggunakan tali sebagai pengaman. Tali diikat ke badan dan disambungkan ke bor es. Jika terjatuh, salah seorang yang terdekat haruslah menarik tali tersebut.
Para petani ini bisa disebut berjasa atas festival es terbesar dunia. Meski demikian, para petani ini mengaku tidak pernah datang ke festival tersebut. Alasannya sangat sederhana, tiketnya mahal. Mereka lebih suka melihatnya di televisi dan merasa bangga karena telah berpartisipasi.
"Ini sudah jadi tradisi tahunan di kotaku. Jika aku tidak berpartisipasi, aku merasa seperti ada yang salah,"ujar Liu.
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan