"Kita berpikir bahwa kita terpisah dari hutan dan lautan, kita merasa lebih besar dari alam, tetapi dengan adanya krisis lingkungan, membangkitkan kesadaran kita pada realita bahwa kita adalah bagian dari alam," kata Nanai.
Kembali ke kisah Matthai yang memperjuangkan mengenai mottainai, ia telah menyebarkan konsep ini ke berbagai negara termasuk dalam pidatonya saat peluncuran United Nationas Human Rights Council pada 2006. Saat itu ia mengilustrasikan koneksi antara hak asasi manusia dengan konservasi lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan bahwa keserakahan akan sumber daya alam yang terbatas di bumi ini telah menjadi penyebab utama dari sebagian besar konflik. Melalui mottainai, ia mendapatkan pelajaran untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki.
"Bersyukur, bersyukur, tidak menyia-nyiakan dan menghargai sumber daya yang terbatas."
Kampanye ini terus disebarkan ke penjuru dunia seperti ke Vietnam yang kini mengadakan festival mottainai setiap tahun dan lingkungan Little Tokyo di Los Angeles yang memilih tema mottainai untuk dirayakan pada 2016.
Tak sampai di situ, perhelatan Olimpiade dan Paralympic di Tokyo juga mengangkat tema sustainability dan lebih khusus lagi terdapat versi mottainai yang diterapkan dalam ajang tersebut.
Penerapannya dapat terlihat dari stadion dan sistem transportasi yang rencananya dibuat minim karbon. Kemudian podium untuk upacara yang dibuat dari plastik daur ulang yang dikumpulkan dari seluruh Jepang. Yang tak kalah fantastis juga 5000 medali yang dibuat dari 100 persen logam daur ulang.
Mottainai ini akan tetap eksis selama generasi muda terus diedukasi mengenai konsep tersebut. Inilah yang menjadi tantangan sebab generasi masa kini hidup serba berkecukupan, berbeda dengan generasi sebelumnya yang hidup kesulitan usai perang dunia II.
Melihat kondisi ini, NGO MOTTAINAI berfokus pada anak-anak dan keluarga untuk memberitahu mengenai konsep tersebut. Salah satu kampanye dilakukan di Pasar Loak Tokyo, dimana di sini anak-anak dapat menjual dan membeli mainan dan pakaian bekas.
"Anak-anak adalah kuncinya," Nanai menjelaskan.
"Mereka tahu masa depan mereka akan terancam, jadi kita harus membantu mereka sebisa kita."
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan