Bumi memang dianugerahi berbagai keajaiban alam yang indah. Sayangnya, kecantikan itu terancam akan memudar bahkan hilang di masa depan jika kita tak dapat merawat bumi dengan baik.
Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan dalam menjaga tempat-tempat indah di bumi ini. Berkaca dari masalah itu, Hari Bumi tahun ini yang jatuh pada Rabu (22/4/2020) mengangkat tema mengenai seruan untuk bertindak menghentikan krisis iklim dan melestarikan alam yang indah ini untuk generasi mendatang.
Bila bumi ini dibiarkan saja menjadi tua dan rusak, beberapa tempat indah yang saat ini dapat kita nikmati baik dengan didatangi langsung maupun melalui foto, tak akan sama dalam 50 tahun ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari CNN, inilah sejumlah tempat di bumi yang tengah terancam kehilangan pesonanya.
1. Air Terjun Victoria
![]() |
Air Terjun Victoria terletak di perbatasan Zimbabwe dan Zambia. Dalam kondisi normal, air terjun ini membentang sepanjang 2 kilometer dengan ketinggian 100 meter. Selama musim kemarau, debit airnya akan menyusut dan air terjun ini mengering.
Meskipun saat ini air terjun ini telah kembali ke kondisinya semula, perubahan cuaca yang ekstrem dapat menghancurkan ekosistem di sekitar air terjun seperti hewan bahkan manusia yang sehari-hari mengandalkannya sebagai sumber air.
2. Florida Keys
![]() |
Florrida Keys merupakan terumbu karang yang terletak di Amerika Serikat. Saat ini, Florida Keys menjadi tempat yang paling berisiko di AS yang terdampak krisis iklim.
Suhu air laut yang hangat telah membuat warna dari terumbu karang memudar. Selain itu, ketinggian air laut juga semakin tinggi.
Tak hanya karena pemanasan global, Florida Keys juga terancam diterjang topan yang muncul secara berkala.
3. Taman Nasional Gletser
![]() |
Terletak di Kanada yang suhunya dikenal dingin, taman nasional gletser memang memberikan pemandangan es yang indah. Gletser di sana telah terbentuk selama jutaan tahun akan tetapi saat ini kondisinya dalam bahaya.
Pada tahun 1996, taman ini mempunyai 35 gletser namun pada 2015, sembilan gletser sudah tidak aktif. Dan jumlah gletser ini telah menyusut sejak tahun 1966.
4. Venesia
Kanal di Venesia memang telah terkenal sejak lama. Bahkan sejarah mencatat, kanal ini sudak eksis sejak 1.000 tahun lalu dan memang identik dengan banjir.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir, banjir yang terjadi di Venesia semakin parah. Permukaan air laut naik dan merusak lokasi di sekitar tempat wisata tersebut.
Banjir terparah terjadi pada 2019 dimana pada saat itu air laut naik selang beberapa menit setelah Kota Veneto menolak langkah-langkah untuk memerangi perubahan iklim.
5. Sungai Colorado
![]() |
Sungai Colorado tak hanya indah. Sungai ini juga menyediakan kebutuhan air bagi 40 juta penduduk, mulai dari Denver sampai Los Angeles, Amerika Serikat.
Sayangnya saat ini alirannya telah berkurang sebesar 20 persen dibandingkan se-abad yang lalu. Para peneliti mengatakan ini merupakan akibat dari krisis iklim. Menyusutnya aliran sungai ini ada kaitannya dengan peningkatan suhu.
Ketika pemanasan itu terus berlanjut, mereka memperingatkan terjadinya risiko kekurangan air yang parah bagi jutaan orang.
6. Antartika
![]() |
Seperti Kutub Utara, kawasan Antartika atau Kutub Selatan juga menghangat lebih cepat daripada sebagian besar bagian bumi lainnya. Hal ini tentu mengkhawatirkan.
Suhu terpanas di Antartika tercatat terjadi pada tahun ini. Gunung es seukuran Atlanta juga telah terpisah dar gletser dan populasi penguin pun menurun.
Parahnya lagi, dengan mencairnya es di Antartika, permukaan air laut global akan naik. Ini tentu akan berimbas ke berbagai negara di dunia.
7. Maladewa
![]() |
Siapa tak kenal Maladewa? Destinasi wisata tropis ini termasuk salah satu destinasi favorit yang terkenal akan keindahan dan ketenangan suasananya.
Namun, Maladewa juga tak lepas dari ancaman krisis iklim. Dengan ketinggian daratan rata-rata 1 meter, Maladewa akan mudah diterjang permukaan laut yang tinggi. Saat permukaan air laut terus meningkat, pulau-pulau di sana bisa tenggelam dihantam gelombang.
8. Cordilleras di Filipina
![]() |
Selama 2.000 tahun, sawah di Filipina, tepatnya di Pulau Luzon telah membentuk lanskap Cordilleras. Saat ini kondisinya lebih rentan akan longsor karena hujan ekstrem yang sering terjadi di wilayah Asia Tenggara.
9. Great Barrier Reef
![]() |
Great Barrier Reef adalah gugusan terumbu karang terbesar di dunia yang membentang sejauh 133.000 mil persegi. Terumbu karang di sini menjadi rumah bagi 1.500 spesies ikan, 411 species karang keras, dan puluhan spesies mahkluk hidup lainnya.
Tetapi ketika suhu lautan mengangat akibat krisis iklim, terumbu karang di sana menjadi memutih yang dikhawatirkan tak akan pernah pulih.
Pada awal 2020, Great Barrier Reef telah mengalami pemutihan massal untuk ketiga kalinya dalam waktu 5 tahun.
10. Gunung Everest
![]() |
Puncak tertinggi di bumi ini juga tidak kebal pada krisis iklim. Es di Everest mulai mencair seiring dengan peningkatan suhu yang terjadi. Jika berlangsung dalam waktu lama, ini dapat menyebabkan hilangnya vegetasi di gunung tersebut.
11. Amazon
![]() |
Hutan hujan Amazon adalah salah satu ekosistem terpenting di dunia. Pepohonan di Amazon dapat menyerap kelebihan karbondioksida (CO2) di udara dan mengubahnya menjadi oksigen (O2) yang dibutuhkan mahkluk hidup.
Namun saat ini kondisi Amazon semakin memprihatinkan karena dilakukannya penggundulan hutan yang luasnya setara dengan 8,4 juta lapangan sepak bola selama satu dekade terakhir. Selain itu, terjadi pula kebakaran hutan yang parah pada 2019 silam.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa hutan hujan akan menyumbang lebih banyak gas pemanasan ke udara daripada menyerapnya pada tahun 2050 (atau bahkan lebih cepat).
12. Alaska
![]() |
Wilayah Alaska dan Arktik memanas dua kali lebih cepat dari tempat lain di bumi. Pemanasan ini telah mencairkan gletser, membuat ganggang mekar secara intensif, membunuh salmon, dan memicu kebakaran hutan.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol