Taman hiburan di Jepang secara bertahap dibuka kembali. Namun, mereka diminta beradaptasi dengan era new normal atau normal baru dalam menghadapi wabah Corona.
Seperti dilansir AFP, Rabu (27/5/2020) sekelompok operator wahana taman bermain telah merilis pedoman bersama tentang cara beroperasi dengan aman di bawah ancaman virus Corona.
Di antara rekomendasinya, para pengguna wahana akan diminta untuk mengenakan masker setiap saat dan "menahan diri untuk tidak berteriak keras" di rollercoaster dan wahana lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menambahkan, 'hantu' yang bersembunyi di rumah hantu harus menjaga jarak yang aman dari 'korban' mereka.
Staf taman hiburan, termasuk yang berpakaian seperti boneka binatang dan pahlawan super, tidak boleh berjabat tangan ataupun melakukan tos (high five) dengan para penggemarnya, tetapi harus menjaga jarak yang sesuai.
Pahlawan super yang terlibat dalam aksi perkelahian dengan penjahat juga harus menghindari meminta dukungan dari penonton untuk mencegah teriakan - dan percikan yang sarat dengan virus Corona - agar tidak terbang di udara.
Pedoman itu juga menjelaskan, daya tarik realitas virtual tidak boleh beroperasi kecuali kacamata atau kacamata khusus dapat sepenuhnya dibersihkan.
Selain itu, pedagang akan diminta untuk tidak mengeluarkan mainan atau sampel makanan bagi anak-anak untuk dicicipi.
"Pedoman ini tidak akan membuat kasus menjadi nol, tetapi akan mengurangi risiko infeksi," ujar operator.
Taman hiburan paling terkenal di Jepang - Tokyo Disneyland dan Universal Studios Jepang di kota barat Osaka - tetap ditutup tanpa kepastian kapan akan dibuka kembali.
Namun, Perdana Menteri Shinzo Abe pada hari Senin mencabut keadaan darurat nasional setelah penurunan tajam dalam jumlah kasus virus Corona di Jepang.
Warga dan kegiatan bisnis didesak untuk beradaptasi dengan "normal baru" di era Corona, termasuk memakai masker dan menjaga jarak sosial.
(rdp/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan