Kota Xi'an bisa menjadi destinasi liburan traveler muslim selanjutnya. Kota ini punya shopping street muslim dan wisata kuliner halal yang khas.
Xi'an, sebuah kota yang berada di tengah, barat laut Cina, adalah ibukota dari Provinsi Shaanxi. Kota ini adalah satu satu pusat peradaban di cina dengan lebih dari 3000 tahun sejarah, sampai-sampai ada yang menyebutkan, apabila anda ingin melihat China 100 tahun yang lalu, berkunjunglah ke Shanghai.
Apabila anda ingin melihat Cina 1000 tahun yang lalu, berkunjunglah ke Beijing. Apabila anda ingin melihat Cina 3000 tahun yang lalu, berkunjunglah ke Xi'an. Selain terracotta warrior yang merupakan obyek wisata wajib.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Xi'an juga terdapat beberapa situs bersejarah lain yang tidak kalah menariknya seperti, Hui ethnic pedestrian shopping street, Xi'an City Wall dan Giant Wild Goose Pagoda. Tahun 2017 lalu, aku berkesempatan untuk melakukan solo trip mengunjungi kota Xi'an dan menjelajahi kota yang menarik ini.
Sebagai kota besar, transportasi umum di Xi'an terbilang mudah dan lengkap. Aku menuju kota ini menggunakan kereta api dari kota Wuhan. Di dalam kota ini, sepanjang perjalanan dengan menggunakan bus lokal, aku berkesempatan untuk melihat-lihat suasana area dalam kota.
Ini adalah salah satu aktivitas favoritku ketika sedang berkunjung ke sebuah kota ataupun area baru. Sebagai sebuah kota metropolis, Xi'an terbilang ramai dengan kota yang cukup rapi dan teratur. Dalam perjalanan aku melewati drum bell tower di tengah kota.
Baca juga: Menikmati Libur Panjang di Waduk Jatigede |
![]() |
Aku turun di sebuah plaza yang cukup besar, terdapat sebuah Starbucks dengan desain yang cukup unik di sini. Dari sini, aku berjalan kaki menuju area pedestrian shopping muslim street.
Sesampainya di sana, waktu saat itu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, tapi langit masih kelihatan terang. Hal ini karena pada saat itu memang masih musim panas sehingga waktu matahari terbit lebih awal dan tenggelam lebih lama.
Deretan lampu-lampu billboard dari nama toko dan produk makanan sepanjang jalan menyala dengan ramainya seolah-olah berlomba mencari perhatian dari para pengunjung yang lalu lalang.
Karena daerah ini adalah muslim street, kebanyakan makanan dan jajanan yang dijual adalah makanan halal yang tidak mengandung babi, Wah cocok sekali untuk para traveler muslim Indonesia hehe. Pemandangan snack-snack jajanan baik dari bakpao, daging bakar, sate, berbagai minuman jus, kedai mie dan sebagainya dengan aroma yang menggoda membuat aku merasa lapar.
Kebetulan juga sudah saatnya makan malam, aku pun sekalian mencari kedai makanan di sini untuk makan. Kemarin aku sudah melakukan research untuk wisata kulinerku malam ini, aku ingin mencoba sebuah menu mie yang sangat unik di sini Mie Biang-biang (dibaca piang-piang).
Mie Biang-biang adalah sejenis mie halal yang merupakan hidangan populer dan satu dari delapan keunikan ajaib dari provinsi Shaanxi. Bentuk dari mie ini disebutkan menyerupai ikat pinggang karena tebal, lebar dan panjang.
![]() |
Menurut cerita, mie ini dulunya adalah bagian dari makanan bagi para orang-orang miskin di area pinggir desa, lama kelamaan hidangan ini menjadi terkenal karena keunikan dari karakter mandarin yang menjadi namanya.
Mie Biang-Biang, dalam mandarin pengucapan pinyinnya Biang-biang mian adalah salah satu huruf mandarin terkompleks yang ada. Bayangkan saja, dalam satu karakter mandarin ini terdapat 42 tarikan garis yang perlu kamu lakukan untuk menulis karakter ini.
Kata Biang ini sendiri tidak mempunyai arti yang spesifik. Sumber yang aku baca menyebutkan terdapat beberapa hipotesis dari mana asal kata Biang itu sendiri. Satu hipotesis mengatakan bahwa kata ini berasal dari suara yang ditimbulkan ketika orang mengunyah mie, "biang biang biang".
Cerita lain menyebutkan karakter Biang ini diciptakan oleh seorang murid untuk melarikan diri dari kewajiban membayar mie di sebuah kedai mie. Sumber lain lagi menyebutkan kalau karakter Biang ini sebenarnya merujuk ke suara yang dihasilkan oleh koki ketika dia membuat mie ketika menarik adonan dan membantingnya ke meja.
Wah, unik sekali ya cerita di balik Mie Biang-biang ini. Aku mencari salah satu restoran yang terlihat agak ramai, kemudian masuk dan memesan semangkok Mie Biang-biang ini.
Restoran ini tergolong ramai, setelah menunggu beberapa waktu, semangkok panas Mie Biang-biang pun tersaji di depan mataku. Pada intinya Mie Biang-biang adalah mie berbentuk panjang lebar dengan campuran jamur, sayur hijau, paprika, daging dan tentunya sambal Sichuan dengan tampilan yang menggugah selera.
Mie ini terasa cukup kaya dengan campuran berbagai bahan-bahan penyusunnya, juga gurih dan pedas dari sambalnya. Setelah makan malam, aku melanjutkan menyusuri muslim street ini.
Semakin malam, suasana semakin ramai. Seru sekali rasanya berjalan kaki dan merasakan keramaian di tengah jalan ini. Setelah merasa cukup, aku menuju hostel tempatku menginap, beristirahat memulihkan tenaga untuk petualanganku besoknya.
***
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Satria Gunawan, dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol