Di pulau-pulau Pasifik Selatan, berkembang budaya Lapita. Apa itu? Mari kita sedikit mengulasnya!
Sekitar 3.500 tahun yang lalu, di Pasifik selatan berkembang sebuah budaya yang disebut Lapita. Kebudayaan Lapita merupakan sebuah kebudayaan yang berkembang di situs-situs hunian manusia prasejarah di Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia.
Kebudayaan ini diberi nama Lapita menurut gerabah yang berasal dari sebuah tempat di Pulau Manus, Kaledonia Baru. Kebudayaan Lapita memang terkenal sebagai tempat penghasil wadah berbahan tanah liat atau gerabah yang sangat indah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerabah indah ini berwarna kemerah-merahan dengan pola hias gambar gigi-gigi kecil. Beberapa di antaranya diwarnai putih menggunakan kapur.
Gerabah Lapita menjadi komoditas perdagangan jarak jauh waktu itu. Gerabah ini ditemukan di situs-situs arkeologi mulai dari Kepulauan Bismarck, Fiji, sampai Polinesia.
Baca juga: Kilas Sejarah Penamaan Wilayah Pasifik |
Perdagangan gerabah ini termasuk salah satu jaringan dagang yang paling mula-mula sekaligus paling luas jangkauannya pada masa prasejarah. Orang Lapita mampu mengadakan perjalanan laut yang sangat jauh sampai bisa mencapai pulau-pulau di Pasifik.
Mereka adalah penjelajah lautan dan berusaha menemukan koloni-koloni baru. Mereka tiba dan mendirikan permukiman di Kepulauan Bismarck di timur laut New Guinea pada 2000 SM.
Pada awal 1600 SM mereka menyebar ke Pulau Solomon, lalu mencapai Fiji, Tonga, dan sebagian Polinesia pada 1000 SM. Lalu, mereka tiba di Mikronesia pada 500 SM.
Baca juga: Di Negara Ini Rajanya Harus Hobi Ngobrol |
Perjalanan laut jarak jauh ini berhasil orang Lapita lakukan karena mereka menguasai teknik navigasi jarak jauh, teknologi pembuatan perahu layar bercadik, sistem organisasi yang terstruktur dan tentu saja semangat petualangan yang pantang menyerah.
Mereka sanggup bertahan hidup di pulau-pulau yang sekarang dikenal sebagai Vanuatu, Kaledonia Baru, Fiji dan pulau-pulau di sekitarnya, karena mereka menguasai keahlian bercocok tanam yang efisien.
Semakin jauh suatu tempat dari daratan, semakin sedikit pula sumber makanan yang bisa ditemukan di situ. Tanaman yang mereka budidayakan yaitu kelapa, sukun, pisang, pinang dan keladi. Jaringan dagang Lapita mengalami kemunduran sekitar 2500 tahun yang lalu.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol