Negara Islam Ini Bekas Pusat Perdagangan Budak Dunia, Warganya Percaya Klenik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Negara Islam Ini Bekas Pusat Perdagangan Budak Dunia, Warganya Percaya Klenik

Bonauli - detikTravel
Minggu, 18 Apr 2021 05:43 WIB
Kota Dakar, Senegal
Kota Dakar (Wolfgang Kaehler/LightRocket/Getty Images/CNN Travel)
Dakar -

Mayoritas penduduk negara ini muslim dan mempunyai sejarah yang begitu kelam. Inilah Senegal, sebuah negara di Afrika Barat yang mungkin jarang terlintas dalam daftar liburanmu.

Selain jauh dan kurang familiar, Senegal seringkali dicap kurang menarik untuk dikunjungi. Padahal, dengan penduduk yang hampir 90 persen memeluk agama Islam, negara ini akan memudahkan traveler muslim.

Dilansir dari berbagai sumber, Senegal diminati negara-negara Eropa. Negara ini didatangi Portugal, Belanda, Inggris, sampai Prancis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Portugis mendarat di Pantai Senegal pada pertengahan abad ke-15.Kemudian diikuti dengan Belanda, Inggris dan Prancis.

Melihat potensi Senegal, negara-negara ini berkompetisi untuk menguasai Senegal. Sampai akhirnya Prancis menjajah Senegal untuk waktu yang cukup lama, 300 tahun. Bahasa Prancis akhirnya dijadikan sebagai bahasa nasional di samping bahasa daerah yang digunakan.

ADVERTISEMENT
Meski kasus Corona masih tinggi, sejumlah masjid di Senegal kembali dibuka. Hal ini karena pemerintah kesulitan menutup masjid selama Ramadhan. Masjid Massalikul Jinaan salah satunya.Masjid Massalikul Jinaan di Senegal. Foto: AP Photo/Sylvain Cherkaoui

Prancis tak hanya menjajah dengan brutal, warga Senegal dan Afrika lainnya diculik dan dijadikan budak untuk dijual ke Eropa. Ini dimulai pada abad ke-17.

Sebuah pulau bernama Goree akhirnya dijadikan sebagai pusat perdagangan budak kulit hitam di Samudera Pasifik. Lagi-lagi, negara yang mengambil budak melalui Goree adalah Portugal, Prancis dan Belanda dan Inggris.

Memiliki pantai yang indah, ada sebuah bangunan kecil yang menghadap laut di Goree, namanya Masion des Esclaves. Bangunan ini adalah rumah dengan ruangan-ruangan kecil untuk para budak.

Di sana, calon budak akan dipisahkan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Mereka diperlakukan melebihi binatang. Tak sedikit yang mati karena disiksa dan terkena penyakit pes.

Ada sebuah pintu yang paling ditakuti di dalam bangunan saat itu, Door of No Return. Barangsiapa yang melewati pintu tersebut tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya.

Kini Goree masuk dalam situs warisan budaya UNESCO yang dibanggakan Senegal. Belum ke Senegal kalau belum ke Goree, begitu katanya.

Lac Rose, Pink Lake, is in the greater Dakar region of Senegal. The color is due to algae that thrives in salt water. The mounds are the remains of activity used to mine the salt from the lake and dry it on shore. The small row boats are used to transfer the salt from containers filled out in the lake to shore for evaporationLac Rose, Danau Pink di Senegal. Foto: (iStock)

Selain penuh sejarah menyedihkan, Senegal juga mempunyai budaya unik yaitu mendongeng dan percaya klenik. Warganya dikabarkan masih menggunakan jimat sebagai perlindungan.

Mereka meyakini tulang, gigi, dan cakar binatang liar dianggap memiliki kekuatan mistik, juga dibuat ramuan dan jimat. Ini dikaitkan dengan tingginya perburuan satwa liar.

Kalau kamu naik taksi ada pemandangan menarik di sana. Kalau kamu beruntung kamu bisa melihat ekor kambing yang dipasang di belakang mobil. Orang Senegal percaya bahwa ini akan membawa keberuntungan.

Masih ingat juga kan seorang pemain timnas Senegal U-20, Ibrahim Ndiaye, yang diduga melemparkan benda dari balik kaus kakinya ke gawang timnas Zambia di final Piala Afrika U-20 2017? Pemain Zambia menilai benda itu merupakan jimat, namun kemudian ditepis oleh pelatih Senegal, Joseph Koto.

Fenomena unik di Senegal adalah danau merah mudanya. Danau tersebut berwarna pink karena kandungan garam yang tinggi dan blooming algae.




(bnl/fem)

Hide Ads