Penghuninya Cuma Buaya, Inilah Pulau Berbahaya Tetangga Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penghuninya Cuma Buaya, Inilah Pulau Berbahaya Tetangga Indonesia

bonauli - detikTravel
Minggu, 12 Sep 2021 07:21 WIB
Buaya Air Asin, makhluk hidup terbesar bumi
Ilustrasi buaya air asin (CNN)
Yangoon -

Pulau ini disebut berbahaya. Saking bahayanya, pulau ini masuk dalam buku Guinnes Book of Record. Namanya adalah Pulau Ramree. Terletak di sebelah barat Myanmar, Ramree menjadi pulau yang memang jarang didengar karena begitu dihindari.

Alasannya bukan karena hantu atau kisah mistis yang pernah terjadi di sana. Melainkan penghuninya.

Pulau Ramree sendiri lokasinya di sebelah barat pesisir pantai Myanmar, dengan jarak 13 jam naik mobil atau 1 jam naik pesawat dari Kota Yangoon ke Kyaukpyu dan lanjut naik mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum dari berbagai sumber, Pulau Ramree dihuni oleh ratusan buaya air asin. Di namakan demikian, karena buaya ini hidup di muara sungai dekat dengan laut.

Memiliki nama ilmiah Crododylus porosus, buaya air asin merupakan jenis buaya terbesar di dunia. Panjang tubuh buaya air asin bisa mencapai 7 meter dengan berat hingga 1.000 kilogram.

ADVERTISEMENT
Pulau RamreeBuaya air asin Pulau Ramree Foto: (dok Istimewa)

Buaya air asin juga disebut predator yang tangguh. Bisa dibilang buaya ini mampu memakan semua jenis hewan karena ukurannya yang sangat besar.

Besar dan tangguh, buaya air asin juga memiliki umur panjang. Biasanya buaya air asin dapat hidup sampai 70 tahun.

Di Pulau Ramree, buaya air asin tinggal di hutan-hutan bakau. Sampai saat ini tak ada yang tahu berapa banyak jumlah pasti populasi buaya ini di Ramree.

Julukannya sebagai pulau paling berbahaya dunia dimulai ketika Perang Dunia II. Di tahun 1945, Pulau Ramree jadi tempat pertarungan antara tentara Inggris dan Jepang. Pemerintah Jepang ingin menguasai wilayah Vietnam untuk dijadikan pos pemantauan bagi pergerakan negara-negara Sekutu.

Selanjutnya

Tonton juga Sosok Stanve, Jago Matematika Tingkat Dunia Asal Tangerang

[Gambas:Video 20detik]



Begitu pula dengan Inggris, disebut dengan 'Operation Matador' mereka mau menambah wilayah kekuasaannya sampai ke Asia. Inggris mau menguasai Pulau Ramreedan Pulau Cheduba yang ada di dekatnya untuk dijadikan pangkalan udara.

Kemudian pada 19 Februari pecahlah perang antara Inggris dan Jepang. Inggris unggul dari jumlah persenjataan, membuat tentara Jepang mundur. 1.000 Tentara Jepang dipukul sampai masuk ke dalam hutan bakaunya.

Dari situlah, tragedi mengerikan dimulai. Salah seorang tim dari pasukan Inggris, Bruce Stanley Wright menjadi saksinya. Dia mengungkapkan dalam buku Wildlife Sketches Near and Far (tahun 1962), terjadi pembantaian manusia oleh buaya!

Pulau RamreePulau Ramree saat Perang Dunia II Foto: (dok Istimewa)

Dalam satu malam, suasana di dalam hutan bakau jadi hujan darah. Tentara Jepang yang tidak mengetahui tentang medannya, jadi sasaran empuk buaya-buaya air asin.

Bruce Stanley Wright menggambarkan, malam itu di tengah hutan bakau dan rawa, tentara-tentara Jepang diserang banyak buaya. Meski memiliki senjata, tidaklah membantu banyak. Keganasan buaya yang besar-besar sungguh brutal dan tak terkalahkan.

Tercatat, dari 1.000 tentara Jepang tersebut hanya sekitar 20 orang yang selamat (meski beberapa versi juga menyebut 100-an orang selamat). Kejadian ini pun masuk perhatian dunia. Peristiwa ini diabadikan sebagai Most Number of Fatalities in a Crocodile Attack dalam Guinnes Book of Record.

Meski begitu, Pulau Ramree punya banyak keindahan alam. Tapi tetap saja, liburan ke sini bikin kamu berpikir sampai dua kali, ya.

Halaman 2 dari 2
(bnl/ddn)

Hide Ads