Jakarta -
Perpustakaan umumnya berisikan buku-buku. Tapi di Denmark beda, isinya manusia.
Kini banyak orang yang sudah bosan dengan buku. Untuk membuat perpustakaan semakin menarik, Denmark 'meminjamkan' manusia untuk bercerita.
Konsep perpustakaan yang unik ini dibuat dengan tujuan agar sesama manusia tidak memiliki prasangka buruk, berdasarkan warna kulit, jenis profesi, sampai trauma yang dialaminya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iben, korban pelecehan seksual berusia 46 tahun yang tidak mau menyebutkan nama belakangnya adalah salah satu dari delapan "buku" yang dapat dipinjam di perpustakaan yang berlokasi di Copenhagen ini.
Selama 30 menit, pengunjung dapat menanyakan apa pun, baik dalam diskusi empat mata atau dalam kelompok kecil.
"Perpustakaan Manusia adalah ruang yang aman di mana kita dapat menjelajahi keragaman, belajar tentang perbedaan satu sama lain, dan terlibat dengan orang-orang yang biasanya tidak akan pernah kita temui ... dan menantang bias bawah sadar Anda," jelas Ronni Abergel, seperti yang dikutip AFP.
Dia menciptakan "perpustakaan hidup" ini pada tahun 2000 saat festival musik Roskilde, dan kemudian membangun organisasi nirlaba.
"Membaca di sini berarti memulai percakapan," kata Abergel.
Sebelum bercerita, mereka akan menjelaskan latar belakang. Ini untuk memastikan bahwa pengunjung dapat bertanya kepada saya apa pun tentang isu HIV, difabel, transgender, pengungsi, Yahudi, Muslim, atau topik apapun.
Percakapan biasanya mengalir dengan bebas di lingkungan yang tenang, seperti perpustakaan, ruang pertemuan, atau seperti hari ini, di taman lokasi Perpustakaan Manusia.
"Terkadang orang banyak bertanya dan percakapan mengalir. Tapi terkadang saya perlu membuka pembicaraan, mengajukan pertanyaan kepada mereka, agar mereka mau bertanya," kata Anders Fransen (36), seorang "buku" tunanetra dan tunarungu.
Pengunjung didorong untuk mengajukan pertanyaan yang sangat sulit. Karena sesungguhnya tidak ada topik yang terlarang, tidak peduli seberapa sensitif subjeknya.
Orang yang meminjam Iben dapat memilih di antara tiga buku lisannya: korban pelecehan seksual, hidup dengan gangguan kepribadian ambang, atau gangguan stres pascatrauma yang parah.
Tapi dia bisa saja menolak untuk menjawab pertanyaan.
"Saya akan berkata bahwa halaman itu belum ditulis. Jadi mereka hanya tersenyum dan berkata "oke"," kenangnya.
Tapi dia tidak pernah memiliki pengalaman buruk selama empat tahun menjadi "buku" di Perpustakaan Manusia.
"Semua bacaan saya berbeda," dan mereka telah berevolusi selama bertahun-tahun, katanya.
"Ketika saya mulai, saya berada di tempat yang sama sekali berbeda ... Saya telah berusaha mengembangkan diri saya selama bertahun-tahun."
"Menjadi sebuah buku adalah anugerah, Anda bisa merefleksikan diri."
Fransen mengatakan, dia bangga telah membantu orang mengembangkan cara mereka berpikir tentang seorang difabel. Dampaknya luarbiasa, beberapa siswa kelas delapan yang mampir berbicara dengan teman-teman mereka.
"Mereka bilang 'hei, orang ini keren, dia punya cerita keren untuk diceritakan.' Jadi saya memberi kesan yang baik kepada mereka," dia tersenyum.
"Semua tanggapan pengunjung yang kami dapatkan menunjukkan bahwa ini adalah pengalaman yang memiliki dampak besar," kata Abergel.
Abergel baru-baru ini dihubungi oleh seorang pengunjung yang meminjam "buku manusia" pada tahun 2004.
"Dia memberi tahu kami tentang dampak (buku itu) pada pandangannya tentang Muslim. Dia telah mempelajari informasi yang didapatkannya selama bertahun-tahun. Jadi itu bermanfaat bagi komunitas, dia dan orang lain yang berlatar belakang Islam."
Abergel tersentuh, dia ingin inisiatifnya membantu banyak orang untuk mengurangi persepsi, lebih terbuka, lebih memahami dan menerima hak seseorang untuk berbeda."
Tapi, dia menegaskan, organisasi ini bukan hanya tentang mempromosikan keragaman atau memerangi prasangka.
"Kami memberi ruang belajar netral di mana ada kesempatan bagi Anda untuk terlibat, belajar tentang diri Anda dan kelompok lain," katanya.
Simak Video "Video: Ronaldo Cs Melaju ke Semifinal Setelah Portugal Libas Denmark 5-2"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan