INTERNATIONAL DESTINATIONS
Kisah Kota Tersuram di Dunia: Matahari Enggan Terbit, Udaranya Beracun

Kota ini jauh dari mana-mana, suasananya kelabu dan mengandung racun. Mungkin kamu belum pernah dengar, inilah Norilsk si kota tersuram di dunia.
Norilsk jadi kota paling utara di dunia yang masih masuk dalam kawasan Rusia. Terpencil dan sangat sulit dijangkau, kota ini benar-benar tidak dilirik untuk liburan.
Dilansir dari Australian News, Norilsk dijuluki sebagai kota paling menyedihkan di bumi. Namun kota ini menjadi rumah bagi 170.000 penduduk.
Ya, meski lebih sering dapat olok-olok, kota ini juga masih memiliki penduduk. Bahkan ada sejarah panjang mengapa Norilsk bisa jadi begini.
Lokasinya ada di 400 kilometer dalam lingkaran Arktik/Kutub Utara. Oleh karenanya, Kota Norilsk sering berada di kegelapan.
![]() |
Di Kota Norilsk, musim dingin berlangsung sembilan bulan. Dan selama malam kutub, matahari tidak terbit selama dua bulan
Belum cukup suram? Mari mundur ke awal abad ke-20, saat ahli geologi menemukan deposit yang kaya akan nikel, tembaga dan kobalt di kaki Pegunungan Putorana. Ini membuat Norilsk sebagai pusat nikel-tembaga-paladium terbesar di bumi.
Pada tahun 1936 Uni Soviet mulai membangun komplek ekstraksi besar dengan 500 ribu pekerja paksa. Selama 20 tahun, mereka bekerja di lapisan es Kutub Utara.
Karena cuaca yang begitu ekstrem, para pekerja pun mulai sakit dan meninggal. Tercatat ada 18.000 pekerja yang meninggal dalam kondisi mengerikan.
![]() |
Kota pertambangan ini mulai ditumbuhi pabrik nikel. Setiap tahunnya, pabrik nikel di sana menyemburkan dua juta ton gas beracun, seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon, fenol ke udara.
Hasilnya, Norilisk kerap dilanda hujan asam yang membunuh pohon dan penduduknya. Sungai-sungai di kota ini juga kena imbasnya.
Pada tahun 2016, Sungai Daldykan berubah jadi merah darah karena tercampur limbah pabrik. Fenomena ini terulang pada 3 Juni 2020, Sungai Ambarnaya di luar Norilsk juga berubah menjadi merah darah karena tumpahan solar besar-besaran yang disebabkan oleh anak perusahaan Norilsk Nickel.
![]() |
"Di musim dingin, salju juga berwarna merah. Di satu sisi, itu indah, tetapi di sisi lain itu kimiawi," ujar mantan pekerja pabrik Evgeny Belikov.
Menurut penelitian harapan hidup seorang pekerja di Norilsk hanya 59 tahun. Tingkat kanker dua kali lipat dan penyakit darah pada anak-anak 44 persen lebih tinggi dari kota mana pun di Rusia.
Lantas mengapa ada orang yang mau tinggal di sana?
Jawabannya karena gaji pekerja di Norilsk Nicker cukup fantastis. Dalam sebulan pekerjanya digaji USD 1.400 atau sekitar Rp20 jutaan. Gaji ini lebih besar dibandingkan semua pabrik di Rusia.
Perusahaan ini dimiliki oleh sekutu Putin, Vladimir Potanin dan salah satu mantan investor adalah oligarki Roman Abramovich. Perusahaan mengatakan sedang mencoba untuk mengurangi tingkat polusi, dan pada tahun 2017, mengumumkan investasi USD 25 miliar dalam program pengembangan besar baru.
Rencana ambisius ini bertujuan untuk mengurangi emisi sulfur dioksida di dalam dan sekitar Norilsk sebesar 75 persen pada tahun 2023. Tapi adanya pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina membuat target program ini tak jelas.
Simak Video "Rusia Siap Perang Nuklir dengan AS dan NATO"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/wsw)