Tak jauh dari ibu kota Spanyol yang glamor dan padat, ada satu kota yang terbengkalai dan betul-betul sepi. Kota itu bernama El Alamin.
Melansir Express, Senin (6/1/2024) El Alamin yang dibangun pada 1950-an, awalnya dirancang untuk menampung pekerja kapas dan tembakau.
El Alamin, yang berarti dunia dalam bahasa Arab, dimaksudkan untuk menjadi sebuah utopia bagi 150 penduduk aslinya. Kota tersebut hanya terdiri dari tiga jalan utama, 40 rumah, sebuah bar, kantor pos, dan sebuah gereja bergaya komunis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penduduk yang tinggal di sana tidak perlu membayar sewa, mereka hanya diminta untuk membayar tagihan listrik. El Alamin adalah proyek yang digagas oleh Marquis de Comillas keempat, Juan Claudio Guell y Churruca, yang juga terlibat dalam Perang Saudara Spanyol di pihak Francisco Franco.
Menurut blog perjalanan Madrid No Frills, seiring waktu lahan pertanian di sana yang dieksploitasi dan mengalami kerusakan. Akibatnya desa itu tidak dapat bertahan hidup, membuat penduduknya perlahan meninggalkan kota dan pada tahun 2000 El Alamin sepenuhnya ditinggalkan.
Kini, satu-satunya yang datang ke kota tersebut adalah para wisatawan yang tertarik untuk menjelajahi bangunan-bangunan yang terbengkalai dan merasakan gambaran kehidupan sekitar 75 tahun lalu.
Sejak tahun 2021, wisatawan yang ingin mengunjungi El Alamin menjadi lebih sulit karena pengunjung harus memperoleh izin dari pemiliknya untuk dapat menjelajahi jalanan yang menyeramkan di kota tersebut.
Penulis di Madrid No Frills, Tamar Shemesh, menceritakan bahwa pada 18 Desember 1957, saudara perempuan Marquis menikah di gereja El Alamin. Acara tersebut dihadiri oleh keluarga-keluarga kaya dan bergengsi di Spanyol.
![]() |
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul legenda-legenda misterius yang menyelimuti kota itu. Salah satunya menceritakan tentang seorang penggembala yang membawa kawanan dombanya ke gunung terdekat.
Keesokan paginya, domba dan penggembala tersebut ditemukan mati yang memicu kepanikan di kalangan penduduk El Alamin dan menyebabkan mereka mengungsi.
Direktur Eksekutif Institut Penelitian Pariwisata di Universitas Central Lancashire, Philip Stone, pernah mengatakan bahwa tempat-tempat seperti El Alamin bisa membangkitkan rasa rindu terhadap masa lalu.
"Kota-kota hantu ini memberi kita gambaran tentang orang-orang yang hidup sebelumnya, namun juga tentang dunia kita yang terus bergerak cepat. Ketika kita melihat tempat-tempat yang terhenti, itu bisa menimbulkan rasa nostalgia," kata Philip.
Baca juga: Heboh Gereja Bebek Karet di Spanyol |
(upd/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!