Hajar Aswad adalah batu hitam yang menempel di sudut timur Kabah yang dekat dengan pintu bangunan kubus yang ikonik tersebut. Umat Islam meyakini Hajar Aswad sebagai batu yang diturunkan dari surga. Sedangkan Kabah, tempat dimana batu ini berada, merupakan titik pusat arah salat umat Islam di seluruh dunia.
Di sela-sela liputan penerbangan umroh Citilink pada Rabu (11/2/2015), detikTravel berkunjung ke Masjidil Haram. Masjidil Haram selalu dibuka selama 24 jam dan selalu penuh, apalagi di musim haji. Menyentuh Hajar Aswad rasanya nyaris mustahil karena berada di tengah pusaran ribuan orang yang beribadah Tawaf mengelilingi Kabah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, namanya juga pusat arah salat umat Muslim seluruh dunia, Masjidil Haram tetap ramai meskipun itu dini hari. Meskipun sudah melakukan Tawaf pada siang harinya, saya tetap ikut mengelilingi Kabah agar bisa salat dan berdoa di Hijir Ismail, di depan pintu Kabah, Multazam dan aneka tempat istimewa lain di sekitar Kabah.
Tentu saja ada juga keinginan untuk menyentuh Hajar Aswad yang tinggal beberapa meter di depan mata. Namun ratusan jamaah lain berebutan menyentuhnya. Apa bisa kira-kira ikut menyentuhnya, itulah yang terbersit di dalam hati. Beberapa WNI orang Madura yang tinggal di Makkah, biasa menawarkan jasa menyentuh Hajar Aswad. Saya menolaknya dengan sopan.
Hati ini berusaha ikhlas dan pasrah sambil berdoa jika memang Allah ridha, pastilah diberikan jalan. Entah bagaimana ceritanya, saya melihat ada celah untuk maju mendekat di antara ratusan orang. Ketika maju, entah bagaimana juga saya mendapat dorongan dari belakang. Saya berdesakan dengan ratusan orang, tapi sekali lagi saya hanya pasrah dan ikhlas jika akhirnya mental ke belakang.
Hingga dalam beberapa detik selanjutnya, tanpa disangka tangan ini memegang dinginnya logam perak yang membingkai Hajar Aswad. Beberapa detik kemudian saya bisa lebih maju lagi menyentuh Hajar Aswad. Sungguh siapa sangka...
Saat menyentuh batu itu, Hajar Aswad tampak begitu gelap, cantik dan anggun, rasanya sedingin ubin, permukaannya cekung, teksturnya tidak rata saat jari jemari ini membelainya. Beginikah rasanya menyentuh batu paling bersejarah ini?
Hati ini rasanya campur aduk antara bahagia, deg-degan, haru dan entah emosi apalagi yang terkocok-kocok di dalam hati. Sementara mulut ini tetap berusaha menyebut nama Allah dan melantun doa apapun yang terlintas di dalam pikiran. Buat saya, ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa
Ketika hati ini meniatkan untuk menyudahinya, tiba-tiba saja saya ikut terdorong ke belakang dari sekelompok orang yang juga ingin keluar dari kerumunan. Tak lama kemudian saya sudah menepi di pinggiran Mataf, area terbuka di sekitar Kabah, tempat orang Tawaf itu.
Melihat kerumunan ratusan orang barusan, tidak habis pikir bagaimana ya tadi bisa sampai menyentuh Hajar Aswad? Usaha, itu sudah jelas. Tapi sering juga kita mendengar ada yang tidak bisa menyentuhnya walau sudah berusaha mati-matian.
Agak bingung juga seandainya merumuskan tips bagaimana caranya menyentuh Hajar Aswad. Memang butuh keajaiban, namun sejumlah usaha juga menurut saya harus dilakukan. Pertama, datanglah dini hari di saat pengunjung Masjidil Haram sudah berkurang.
Kedua, jika ingin menyentuh Hajar Aswad jangan mendekat tepat dari depan, tapi merapat dari pinggir sebelah kiri dari arah Rukun Yamani, atau merapat dari pinggir sebelah kanan dari arah pintu Kabah. Arah depan Hajar Aswad adalah arah orang yang ingin keluar dari kerumunan. Anda bisa mental di sana.
Yang terakhir adalah usaha kita harus dilandasi dengan sikap sabar, ikhlas, banyak bersyukur dan pasrah. Umrah dan haji salah satunya adalah momen dimana kita belajar berserah diri dengan apa yang menjadi kehendak-Nya. Jangan sedikit pun menyimpan rasa kecewa seandainya Allah belum mengizinkan kita menyentuh Hajar Aswad.
Toh, tujuan kita datang ke sana adalah untuk mengagungkan Allah. Seperti kalimat yang kita ucap saat melintasi Hajar Aswad, "Bismillahi Allahu Akbar!"
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!