Hari ke-15: Klimaks! Saat detikcom Berdiri di Puncak Tertinggi Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Pendakian Carstensz

Hari ke-15: Klimaks! Saat detikcom Berdiri di Puncak Tertinggi Indonesia

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 10 Sep 2015 18:35 WIB
detikTravel dan Sinar Harapan di Puncak Carstensz (Afif/detikTravel)
Timika -

Sabtu, 29 Agustus 2015 tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 menuntaskan misinya. Tim jurnalis berdiri di Puncak Carstensz yang tertinggi Indonesia, sambil mengibarkan Bendera Merah Putih. Semua emosi tumpah di sana.

Hari ke-15 adalah hari yang menentukan bagi detikcom. Pukul 04.00 WIT tim jurnalis yang terdiri dari detikTravel dan Sulung Prasetyo dari Sinar Harapan sudah siap untuk melakukan 'summit attack'. Kami dipandu oleh Hendricus Mutter dan Ardeshir Yaftebbi.

Sehari sebelumnya, tim pendaki sudah ada yang ke Puncak Carstensz lebih dulu. Mereka adalah Bambang Suprayogi dan Lalu Delen yang mewakili Palasma (Pecinta Alam SMA Negeri 1 Mataram), Ali Rahman dari Mapala UI dan Ericks Rachmat serta Arga Nugraha perwakilan Yayasan Somatua sudah ke Puncak Carstensz.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peralatan panjat tebing pun sudah terpasang di badan, dari helm, headlamp, harness, cows tail, ascender, figur 8 sampai sarung tangan. Dengan suhu sekitar 5 derajat Celcius dan gerimis, kami akan berjalan kaki melintasi Lembah Kuning.

"Pukul 11.00 WIT, kita harus sudah mencapai Teras Besar. Jika belum, kita tarik mundur," ujar Ardeshir mengingatkan.

Perjalanan dimulai, kami harus naik turun melewati bukit penuh bebatuan selama sekitar 2 jam. Begitu sudah masuk ke kaki Carstensz, tali yang menjuntai panjang ke atas, jadi trek perjalanan selanjutnya.

"Jalur ke Carstensz ini fix rope, jadi memang sudah ada tali yang terpasang. Memang bisa buka jalur sendiri, tapi makan waktu dan lebih lama serta terlalu riskan," kata Ardeshir.

Matahari mulai muncul, kami semakin jelas melihat tali yang disebut Adeshir. Talinya memanjang terus ke atas, tinggi, tinggi sekali. Kemiringannya pun tak main-main, 90 derajat!

"Pitch ketiga sampai keempat, itu rawan longsor. Banyak batu kerikil dan besar yang jatuh jika dipijak. Satu pitch, panjangnya bisa sekitar 50 meter. Hati-hati sama yang ada di bawah kamu," tegas Ardeshir.

Hap! Hap! Saya pelan-pelan memanjat tebing ke atas menggunakan teknik ascending. Kaki ini pelan-pelan berpijak, agar tidak jatuh dan menghantam orang di belakang saya. Susunan tim kami, yang paling depan Hendricus, saya, Sulung kemudian Adeshir.

Bagi saya, ini adalah pengalaman yang gila. Belajar panjat tebing, baru saya lakukan dua kali bersama bimbingan Hendricus di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sekarang, saya sedang memanjat Puncak Carstensz yang disebut puncak tersulit ketiga di dunia karena harus mendaki dengan teknik panjat tebing seperti ini.

Saya pun mengangkat badan dengan menggunakan tangan. Harus pintar-pintar memilih batu yang hendak dipegang. Bukan apa-apa, bebatuan di sana sangat tajam. Baju dan celana yang tergesek saja bisa robek.

Sungguh berat sekali. Berapa kali saya berhenti untuk beristirahat dan mengambil nafas karena udara yang terasa makin tipis. Beruntung, kami tiba di Teras Besar sekitar pukul 08.30 WIT.

Teras Besar ini merupakan suatu daratan luas yang beralaskan kerikil. Ketinggiannya sudah mencapai 4.600 Mdpl. Ah, tinggal 200-an meter lagi mencapai puncak. Tidak jauh.

"Nanti, kita ya lewatin tebing ini. Naik terus ke atas sampai ada yang namanya Summit Ridge. Terus lanjut lagi lewatin jurang. Masih lama," kata Hendricus.

Saya hanya bisa menelan ludah, melihat tebing yang tinggi di depan mata. Demi untuk berdiri di Puncak Carstensz, semangat ini tidak pernah padam dan tidak pernah terlintas pikiran untuk mundur. Ayo maju!

Kembali, saya menggunakan tekin ascending untuk terus naik ke atas. Hingga tibalah di Summit Ridge, yang ketinggiannya sudah mencapai 4.700 mdpl. Habis dari sini, tantangan selanjutnya Kandang Babi!

"Sebenarnya, saya juga tidak tahu awal mula yang memberi nama Kandang Babi siapa. Yang pasti, kita akan lewatin jurang sepanjang 25 meter dan dalam jurangnya itu ratusan meter. Hati-hati ya," terang Hendricus.

Di Kandang Babi, selama ini para pendaki menggunakan teknik tyrolean. Namun, kini di sana sudah terpasang kawat besi yang berfungsi sebagai jembatan.

Dua cowstail terpasang di kanan dan kiri tali yang membentang. Kaki saya, langsung menginjak kawat besi di bawahnya. Sambil pegangan pada tali sekaligus menggeser cowstail saat berjalan, saya melangkah hati-hati. Benar kata Hendricus, jurangnya tinggi banget!

Hap, sampailah saya di seberang Kandang Babi. Tunggu rupanya belum selesai, Hendricus bilang masih ada sekitar 5 jurang lagi yang medannya seperti itu namun tidak terlalu susah.

Salah satunya yang menurut saya paling berat, yakni jurang ketiga. Di tengah jurangnya ada batu besar untuk tempat berpijak. Tapi turunnya, pertama harus membalikan badan dulu kemudian melangkahkan kaki ke belakang. Dengan cepat, badan sudah berbalik dan memeluk batunya.

Sekitar pukul 11.00 WIT, akhirnya tim jurnalis menyentuh Puncak Carstensz, alhamdulillah! Salah satu Seven Summit dunia yang punya ketinggian 4.884 mdpl. Puncak tertinggi di Indonesia!

Tangisan kami pun pecah sambil terus memeluk puncaknya. Perjalanan selama 7 hari panjangnya, melewati hutan, sungai, padang savana, danau hingga jurang-jurang dibayar dengan tunai. Bagi saya yang hanya setitik buih dibanding pendaki lainnya, inilah mimpi yang jadi nyata.

"Selamat ya, sudah menang. Sudah menjadi laki-laki," ujar Ardeshir menghibur kami.

Meski kabut begitu pekat dan angin cukup kencang, kami benar-benar bersyukur bisa menuntaskan misi. Kami senang menjadi wartawan-wartawan pertama, yang mendaki Puncak Carstensz dari jalur Sugapa-Ugimba-Tambua. Jalur paling baru, yang dinilai terberat dengan jarak 61 km.

Tuntas sudah amanat mantan Menko Maritim, Indoryono Soesilo dan Menpar Arief Yahya. Amanat untuk mengeksplor keindahan jalur pendakian ke Carstensz sekaligus mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera Pesona Indonesia. Kami pun membuktikan, jurnalis juga sanggup mendaki puncak tertinggi di Indonesia ini.

(rdy/Aditya Fajar Indrawan)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
48 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads