Cantik, Kain Tenun Buatan Gadis Suku Sasak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cantik, Kain Tenun Buatan Gadis Suku Sasak

Wahyu Setyo - detikTravel
Selasa, 03 Nov 2015 12:18 WIB
Wanita lanjut usia Suku Sasak sedang menenun kain (Wahyu/detikTravel)
Lombok Tengah - Mengunjungi Desa Sade, Lombok Tengah tak sebatas atraksi budaya dan kearifan lokal. Traveler bisa belanja oleh-oleh berupa kain tenun yang dibuat langsung oleh gadis Suku Sasak.

detikTravel berkunjung ke Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah beberapa waktu lalu, dan menyempatkan diri untuk berkeliling kampung. Ternyata, hampir di setiap rumah mempunyai etalase sederhana tempat mereka memajang kerajinan tangan yang akan dijual kepada para wisatawan sebagai buah tangan.

Kerajinan tangan itu berupa gelang yang terbuat dari kayu serta manik-manik. Ada juga yang terbuat dari batu-batuan, bahkan cincin batu akik pun dijual di sini. Namun yang paling khas tetaplah kain tenun khas suku Sasak yang dibuat oleh para gadis yang masih perawan, hingga yang sudah lanjut usia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kain ini dibuat oleh para gadis, sementara para pria pergi ke ladang. Rata-rata hampir setiap wanita suku Sasak bisa menenun kain seperti ini. Nanti dijual ke turis untuk bantu-bantu ekonomi keluarga," tutur Arman Mirata, pemandu yang menemani detikTravel berkeliling desa Sade.


(Wahyu/detikTravel)

Kain tenun ini kaya akan motif dan corak, serta warna. Motif kain tenun sarung yang dipakai para pria tampak lebih sederhana, hanya berupa garis lurus saja. Warnanya juga terdiri dari 2-3 warna saja. Sementara motif kain tenun yang dipakai wanita, lebih kompleks dan berwarna-warni.

Kain-kain cantik ini ditenun dengan alat yang masih sangat sederhana, dan menggunakan bahan-bahan yang masih alami. Benangnya dipintal dari kapas, sementara pewarnanya dari bahan-bahan alam seperti kunyit untuk warna oranye, serta arang untuk warna hitam. Tanpa pewarna buatan. Bahannya juga adem ketika menempel di badan.

Untuk mengerjakan satu lembar kain, dibutuhkan waktu sekitar 3 minggu, hingga 1 bulan, tergantung kerumitan pola yang ada di atas kain. Semakin rumit, semakin lama proses pengerjaannya. Maklum, semuanya masih handmade, tidak tersentuh modernisasi alat-alat seperti di pabrik tekstil.

Traveler yang berminat bisa memboyong kain-kain cantik ini dengan membayar sejumlah uang. Satu kain sarungnya dibanderol sekitar Rp 150 ribu, untuk ukuran yang lebih dari 2 meter, harganya tentu lebih mahal lagi. Harganya tergantung ukuran, kalau ingin yang murah traveler bisa saja membeli syal seharga sekitar Rp 35 sampai 50 ribu untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Tertarik, traveler?


(Wahyu/detikTravel)

(rdy/sst)

Hide Ads