Moko bentuknya berupa nekara perunggu, yang diperkirakan dibuat pada zaman perundagian dan tersebar di Alor melalui perdagangan. Benda ini disimpan oleh masyarakat di Alor dari generasi ke generasi. Fungsinya sebagai mas kawin, alat musik dan untuk membayar denda.
Tradisi menggunakan moko sebagai belis atau mas kawin dalam pernikahan secara adat masih banyak ditemukan di Alor. Kaum pria harus memberikan moko kepada keluarga gadis yang ingin dipinang, kalau tak bawa moko tak bisa menikah. Salah satu yang masih memegang kuat budaya ini adalah Suku Abui atau Gunung Besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
(Kurnia/detikTravel)
"Moko pusaka Alor untuk mas kawin. Kalau laki-laki harus mencari moko baru bisa kawin. Dari dulu kalau itu tidak ada, tidak bisa kawin," ujar Martinus Kafekae ketika berbincang dengan detikTravel di Kampung Takpala, Alor, dua pekan lalu.
Ia mengatakan bahwa walaupun jumlah moko di Alor bisa dibilang banyak, tapi tidak mudah untuk mendapatkannya. Moko sudah tidak diproduksi lagi, jadi hanya mengandalkan moko yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kabarnya, moko juga bisa ditemukan oleh seseorang setelah mendapat petunjuk dari mimpi.
"Itu bisa didapat lewat mimpi. Ada di dalam tanah," kata Martinus.
Bagi pria yang mau menikah tapi masih belum punya moko, bisa memakai milik orangtuanya. Tapi kalau orangtuanya tidak punya moko maka harus mencarinya hingga dapat, misalnya meminjam milik tetua adat. Tapi harga moko ini tidak murah.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Museum 1.000 Moko Sitti Panara mengatakan bahwa harga moko bisa berbeda-beda tergantung ukuran serta pola hiasnya. Moko ini memang beragam karena hampir setiap etnis yang berdiam di berbagai kampung di Alor punya moko sendiri.
![]() |
(Kurnia/detikTravel)
"Setiap kampung pasti punya moko. Kalau di Pantar, ada moko 7 anak panah itu nilai tertinggi nomor 1. Paling murah Rp 15 juta," kata Sitti.
Moko yang lebih tinggi nilainya bisa mencapai harga puluhan juta. Jadi para kaum lelaki seringkali harus berusaha mendapatkan banyak uang terlebih dahulu supaya bisa mendapat moko dan menikah sesuai dengan adat di Alor.
Nah, buat traveler yang penasaran ingin melihat seperti apa bentuk moko bisa datang ke Museum 1.000 Moko di Jl Diponegoro, Kalabahi, Alor. Di sini ada puluhan moko dengan aneka motif yang dipajang dalam lemari kaca.
"Ada 46 moko dari berbagai etnis. Tiap etnis motifnya lain-lain," tutur Sitti.
Selain moko, pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi lainnya yang sarat dengan budaya Alor. Seperti nekara yang berukuran cukup besar, pakaian dari kulit kayu Suku Kabola, alat dapur, alat perang tradisional dan lain sebagainya.
![]() |
(Kurnia/detikTravel) (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan