Pengalaman Perjalanan Mengesankan ke Bromo
Jumat, 27 Jan 2017 12:26 WIB

Anya Sakya
Jakarta - Anda pernah ke Kawasan Bromo? Coba simak pengalaman mengesankan ini dulu.Kami berangkat dari Bungurasih pukul 15.30 WIB naik bus Ladju jurusan Banyuwangi yang lewat Probolinggo. Lalu sampai di Probolinggo pukul 17.30 WIB dari Probolinggo naik Bison/pikap ke arah Bromo. Setau saya harga biasanya 25ribu. Tapi kami ditawari harga Rp 35 ribu.Setelah itu, sampailah ke gerbang masuk. Di terminal Cemoro Lawang kami berniat mencara tempat yang untuk menunggu sampe pagi. Waktu itu masih pukul 21.00 WIB. Berarti masih 5 jam sampai pukul 02.00 WIB. Karena tempat pewe udah ada orangnya semua jadinya kita jalan-jalan aja sambil nanya-nanya orang kalau mau ke penanjakan bagaimana. Karena orang-orang bilang hardtopnya sudah penuh semua. Tiba-tiba dari dalam gerbang laut pasir ada hardtop keluar, kita ikutin aja, sapa tau hardtopnya kosong. Eh ternyata yang bawa hardtop itu orang JTV, namanya Pak Tyo.Berunding dengan teman-teman saya, diputuskan kita ikut ke bawah. Yasudah akhirnya kita nunggu sampai pagi di tenda komunitas trail. Ternyata ada ibu-ibunya juga, beliau ngikut suaminya, sekalian Bantu masak-masak.Di tenda, kita ikut bakar ikan, tidur di depan api unggun. Dan enaknya di sebelah tenda ada toilet umum. Paginya, pukul 4.30 WIB kita berempat mencari jalan ke penanjakan. Karena kata orang-orang jalan ke penanjakan masih jauh, kita ditawarin hardtop. Kena 200ribu. Setelah berunding, semua setuju naik hardtop. Sampai penanjakan sunrisenya sudah lewat, tapi enggak apa, masih kelihatan mataharinya. Sayangnya Bromo masih ketutupan kabut, jadi enggak keliatan, yang keliatan cuma Batok sama Semeru.Sambil melihat semeru saya berjanji dalam hati suatu saat saya pasti ke Mahameru, tunggu aku Semeru. Setelah dari penanjakan kita ke Bromo. Bromo saat itu tidak sebagus Bromo waktu pertama kali saya datangi. Saat ini ramainya bukan main, panasnya juga ga ketolong. Pukul 7 pagi saja sudah panas banget, bagaimana nanti pukul 12, enggak kebayang...Di puncak kawah cuma dapet capek dan kepanasan doang, enggak dapat foto bagus. Turun kawah kita ke tenda motor trail, ternyata tendanya udah diberesin. Terus ketemu ibu-ibu yang kemarin, ditawarin sarapan mie. Wah kebetulan, hehe. Kan kata orang nolak rejeki enggak baik, yasudah diterima aja. Walaupun enggak enakan, sudah kemarin numpang tidur, minta ikan, minta minum. Yah saya doakan orang-orang motor trail yang sudah ngebantuin kita dapet pahala yang setimpal. Amien.Abis makan upacaranya ternyata udah mulai. Ada banyak komunitas ternyata, tidak hanya komunitas motor trail. Mungkin mereka juga menginap di laut pasir tapi di tenda yang berbeda. Akhir kata, terimakasih banyak untuk semua pihak yang telah membantu kami. Terutama komunitas trail yang sudah memberi tempat menginap memberi makan dengan ikan dan mie goreng. Terimakasih banyak.
Komentar Terbanyak
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo
Profil Menteri Haji Era Presiden Prabowo, Gus Irfan yang Hobi Sepedaan