Tradisi Jhator alias Sky Burials atau pemakaman langit banyak dilakukan di sekitaran China, tepatnya Qinghai, Tibet, Mongolia dan Inner Mongolia. Di Tibet misalnya, dengan mayoritas penduduk pemeluk agama Buddha, pemakaman langit dilaksanakan di Kuil Drigung, Lhasa.
Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (2/11/2017), pemakaman ini begitu sakral. Tak semua orang bisa dimakamkan melalui ritual Jhator. Jenazah tak boleh berusia di bawah 18 tahun, wanita hamil, atau mereka yang meninggal karena penyakit juga kecelakaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mayat ditelungkupkan tanpa ada lagi kain yang menutupi, lalu tubuhnya disayat. Hal ini lakukan untuk mengundang burung hering atau burung bangkai datang dan memakan mayat tersebut. Buat burung-burung lainnya seperti gagak, ada bagian tulang yang ditumbuk sehingga seluruh bagian mayat bisa habis dimakan.
Bisa juga mayat benar-benar dimutilasi terlebih dahulu dengan kapak baru diumpankan ke burung-burung yang ada. Keluarga dan warga setempat turut hadir menyaksikan prosesi di mana mayat dimakan burung-burung yang ramai berkumpul di sana.
Mayoritas warga Tibet menganut agama Buddha, menyambut kematian secara suka cita karena percaya reinkarnasi di alam selanjutnya. Adanya ritual Jhator sendiri sebagai salah satu pemakaman yang sarat akan nilai religi.
![]() |
Jenazah dibiarkan dimakan burung bangkai karena hewan yang disebut Dakini ini diyakini warga setempat sebagai reinkarnasi dari malaikat. Mereka akan mengambil arwah jenazah dan mengantarnya ke surga, sebuah tempat menunggu reinkarnasi kehidupan selanjutnya. Masyarakat percaya agar arwah terbawa sepenuhnya ke surga, seluruh bagian tubuh harus dimakan.
Daging manusia diumpankan pada burung juga karena dianggap menyelamatkan hewan-hewan tersebut. Mereka meniru hal yang dilakukan Shakyamuni Buddha, yang konon pernah melakukan hal demikian untuk menyelamatkan seekor elang dengan memberi dagingnya sendiri untuk dimakan burung.
Bagi wisatawan yang melihatnya, mungkin ritual ini tampak mengerikan. Namun bagi warga Tibet, Jathor memang memiliki sisi lain yang begitu sakral.
(krn/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum