Ramai-ramai orang membicarakan Asmat. Suatu daerah sekaligus suatu nama suku yang menempati bagian pesisir selatan Papua. Mereka tinggal di atas rawa, di atas kayu-kayu. Bagaimana sih sebenarnya kehidupan di sana?
"Orang Asmat itu kaya, ikan dan udangnya melimpah. Apalagi mereka terkenal dengan jago memahat patung-patung, yang sudah terjual dan dipamerkan sampai ke Eropa dan Amerika sana," kata Maximus Tipagau, masyarakat suku Moni asli Ugimba kepada detikTravel, Senin di kawasan Sarinah, Jakarta, Selasa (13/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya bagaimana tidak gizi buruk, mereka tidak diajarkan mencuci tangan, menyimpan makanan, memasak dan lain-lain. Makanya perut-perut anak kecilnya besar-besar, mereka yang penting hidup saja. Itu kasihan," paparnya.
Sebenarnya selain Asmat, masih banyak daerah pedalaman Papua yang menderita hal yang sama. Seperti di Ugimba, yang juga berada di wilayah Pegunungan Jayawijaya.
![]() |
BACA JUGA: Lihat Lagi Ugimba, Desa Cantik di Pedalaman Papua
Sebenarnya seperti kata Maximus, orang Asmat itu kaya-kaya terutama soal seni memahat patung. Namun lagi-lagi, itu tidak mendapat perhatian serius.
"Mereka punya banyak makna untuk memahat patung, ada cerita di setiap patung dan itu istimewa. Sayangnya kok orang-orang luar negeri semua yang membeli yang memasarkan. Mengapa tidak dikelola itu sebagai destinasi wisata. Itu bisa jadi sumber penghidupan mereka juga," urai Maximus.
![]() |
"Patung-patung Asmat sudah ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia. Kita sendiri orang Indonesia, tahu tidak patung Asmat?" tegasnya.
Dengan Yayasan Somatua yang didirikannya, Maximus sudah beberapa kali memberikan bantuan seperti baju dan bahan makanan ke Asmat. Dia menegaskan, orang Asmat dan orang-orang papua pedalaman lainnya hanya butuh perhatian.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol