Dalam obrolan santai dengan detikTravel, diplomat berusia 63 tahun ini bercerita kok bisa menggabungkan kegiatan diplomasi, sastra dan traveling sekaligus. Mantan Dubes Yunani untuk Indonesia ini bilang, tidak ada yang bertentangan dari diplomasi, sastra dan traveling.
"Semua jadi satu, dari puisi di ranah imajinasi ke diplomasi di ranah realita. Sastra menjadi jembatan bagi diplomasi," kata Giorgios di Gedung Trans Media, Jakarta, Kamis (8/3/2018) petang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya selalu menyediakan waktu di sela kesibukan saya sebagai diplomat. Intinya waktu yang harus mengikuti kita, bukan kita mengikuti waktu," jelasnya.
Semenjak muda Giorgios menjelajah dunia baik sebagai diplomat atau dia traveling secara pribadi. Indonesia adalah negara yang tidak bisa dipisahkan dari hidupnya. Giorgios sudah menjelajah Indonesia sejak 1995 dan Indonesia muncul dalam buku-buku traveling yang ditulisnya.
"Di sela tugas diplomatik antara Hong Kong, Seoul, Melbourne. Indonesia itu ada di tengah-tengah. Bali adalah tempat yang penting untuk para diplomat dan para penulis buku. Bali itu luar biasa. Indonesia itu firdaus untuk para seniman," kata Giorgios.
Giorgios pada tahun 2004 menikah dengan pelukis Indonesia, Clara Zondag. Clara selain aktif melukis juga berencana menerbitkan buku yang hasilnya nanti akan diberikan untuk amal.
![]() |
"Pluralitas dan keberagaman budaya lokal dan kombinasi semuanya. Etnisnya banyak, bahasanya macam-macam tapi kalian bisa hidup harmonis. Itu penting," kata dia.
Giorgios pernah menjadi diplomat di Sudan yang bertikai karena perang saudara. Di Indonesia dia melihat masyarakatnya yang cinta damai. Bertahun-tahun bolak-balik ke Indonesia dia melihat Nusantara berubah pelan-pelan menjadi lebih baik dari saat dia pertama kali datang.
"Fasilitasnya makin baik, akses ke destinasi makin oke. Dan yang penting itu perasaan aman, mendarat dari pesawat saja sudah merasa nyaman. Dibanding negara lain, aman kok," jelasnya.
![]() |
"Keramahan orang Indonesia itu luar biasa. Senyum dan menyambut, nggak cuma turis yang merasa begini. Para penulis yang datang ke Indonesia juga bilang begitu. Sifat ini bukan cuma di destinasi wisata, tapi di setiap tempat. Sifat menerima orang lain, itu ada di dalam darah kalian," jelasnya.
Georgios mengatakan sesama orang Indonesia harus tahu betapa sebenarnya mereka hidup cinta damai. Dia berpesan agar orang Indonesia juga mau traveling menjelajah Nusantara.
"Dengan saling berkunjung, kita bisa berjumpa orang-orang yang berbeda, jadi tahu satu sama lain. Kita bisa hidup bahagia dan harmonis," pungkasnya.
![]() |
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!