Situs Budaya Ciung Wanara terletak di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, tepat di Jalan Nasional Ciamis-Banjar. Di lokasi ini ada satu tempat dinamakan Sabung Ayam. Tempatnya alasnya tanah padat seperti lapangan, di tengahnya terdapat pohon bungur lurus menjulang. Pohon ini merupakan khas Ciamis yang usianya dipercaya sudah ratusan tahun.
"Sabung ayam ini banyak dikunjungi wisatawan, karena mitosnya cukup kuat. Di sini dipercaya bisa mengetahui kesuksesan seseorang atau cita-cita bisa berhasil atau tidak. Tapi dengan sugesti masing-masing," ujar Juru Pelihara Situs Ciung Wanara Agus Abdul Haris saat ditemui di situs Jumat (23/3/2108).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bila tangan yang melakukan ritual tepat menyentuh pusar atau benjolan yang ada di pohon itu, maka dengan keyakinannya cita-citanya kesuksesan seseorang akan berhasil.
"Itu sesuai keyakinan ada yang berhasil, banyak juga yang tidak bisa nyentuh terlebih arahnya jadi kepinggir. Bisa juga dikatakan ini menguji insting," katanya.
Agus mengatakan dari mitos itu ada makna dari ritual tersebut. Bahwa setiap manusia harus menjalani hidup dengan lurus supaya bisa sampai apa yang dituju. Karena bila menjalani hidup dengan menyimpang tentunya akan celaka.
BACA JUGA: Wisata ke Ciamis, Ada Mitos Batu Pemberi Jodoh & Poligami
Agus menuturkan pada jaman Kerajaan Galuh, Sabung ayam tersebut merupakan tempat sayembara untuk memilih pigur pemimpin. Jadi, calon pemimpin memiliki ayam jago yang nantinya akan ditarungkan dengan calon yang lain. Ayam yang menang maka akan menjadi pemimpin.
"Ciung Wanara atau Sang Manarah ikut perebutan tahta Kerajaan Galuh, sampai akhirnya menjadi raja karena ayamnya berhasil mengalahkan ayam milik tamperan," tuturnya.
![]() |
Ciung wanara sang manarah ikut perebutan tahta kerajaan galuh karena saat itu ayahnya prabu galuh ratu pusaka bernama tamperan oleh patihnya. Kemudian direbut kembali. Melalui sayembara ngadu ayam. Di lokasi ini dijadikan area tempat ngadu ayam.
"Benjolan atau pusar di pohon dulunya bekas sepak terjang ayam Ciung Wanara saat sedang beradu," jelasnya.
Di Situs Ciung Wanara ini juga terdapat Batu Pamangkonan yang dulunya digunakan tempat menyeleksi prajurit kerajaan. Barang siapa yang berhasil mengangkat batu tersebut sebanyak tiga kali maka dianggap layak menjadi prajurit. Konon saat itu batu tersebut sangat berat, hanya calon prajurit yang memiliki kesaktian yang mampu mengangkatnya.
BACA JUGA: Bikin Xpander Makin Ganteng dengan Ganti Pelek, Ini Tipsnya
Mitos yang berkembang saat ini, menurut Agus, siapa saja yang melakukan ritual mengangkat batu tiga kali sampai diatas kepala maka akan mengetahui perjalanan hidupnya. Bila terasa ringan saat mengangkat batu itu maka hidupnya juga akan terasa ringan meskipun dihadapkan dengan cobaan. Begitu juga sebaliknya, bila terasa berat maka akan menjalani hidup cukup berat.
![]() |
"Itu sebetulnya simbol, tetapi kita tetap memintanya kepada Tuhan. Memang tidak semua orang sanggup mengangkatnya, ada juga yang tidak berhasil. Tergantung sugesti masing-masing orang. Meski memiliki kekuatan sama tapi saat mengangkat batu itu dirasa berbeda, ada yang ringan ada yang merasa berat. Padahal batu ini beratnya hanya sekitar 5 kilo," jelasnya.
Dalam hal mitos tersebut, Agus mengingatkan agar semua orang untuk mengintrospeksi diri dan mengajarkan untuk bekerja keras. Karena perjalanan hidup dianggap berat karena yang menjalaninya tidak dengan iklas dan jauh dari sang pencipta.
(bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol