Gejalanya mulai dari tekanan ringan seperti sedang berada di dalam air, sakit yang terasa menusuk, hingga kehilangan pendengaran selama beberapa waktu.
Ketika ada perubahan dalam ketinggian, tubuh akan menyeimbangkan tekanan antara telinga dan kondisi lingkungan, dimana kita berada dengan membuka tuba eustachian, yaitu tuba di antara hidung dan telinga. Namun karena kecepatan pesawat, tuba tersebut tidak bisa membuka tepat waktu. Itulah yang membuat telinga terasa seperti tersumbat ketika kita terbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara paling mudah mengatasi perubahan di telinga tersebut yakni dengan sengaja menguap. Tekanan udara yang dihasilkan dari dalam karena aktivitas menguap ini efektif membantu terbukanya tuba di telinga.
"Kalau telinga sakit gampang, itu kita harus menguap. Itu untuk menyamakan (tekanan) gendang telinga di luar dan di dalam," jelas Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Udara, Agus Santoso saat ditemui di kantornya, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hal lain yang cukup membantu mengatasi masalah tersebut yakni lewat manuver valsalva, atau mengembuskan napas secara paksa dengan menutup bibir dan hidung. Selain itu, mengkonsumsi permen juga dapat mengatasi rasa sakit pada telinga.
"Makanya pramugari itu suka bagikan permen. Karena dengan makan permen kita akan banyak menelan ludah, itu cara gampang buat kurangi tekanan di telinga. Kalau telan ludah kan jadi plong," ucap Agus.
![]() |
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol