Tepat hari ini Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-491. Panjang sudah umur dan sejarah dari ibukota Indonesia tercinta. Hanya satu yang tidak berubah dari masa ke masa, pesona Jakarta yang menarik wisatawan layaknya madu.
Bahkan dahulu, pesona Pulau Jawa dan Batavia telah diperkenalkan oleh Official Tourist Bureau Weltevreden (Dahulu pinggiran Batavia, sekarang Jakarta Pusat - red) lewat buku panduan wisata berjudul Java The Wonderland yang keluar tahun 1900 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat detikTravel dari buku tersebut, Jumat (22/6/2018), tertulis jelas bagaimana orang zaman dulu menghabiskan waktu dengan berwisata di Batavia dan sekitarnya.
Hal itu pun cukup luar biasa, mengingat dahulu popularitas Buitenzorg (Bogor) dan Candi Borobudur jauh melebihi Batavia. Toh, Batavia juga jadi pilihan tempat berwisata para turis asing. Kurang lebih seperti ini itinerary pelancong di masa lalu.
Stasiun Tandjung Priok (Randy/detikTravel) |
Di awal, turis asing harus singgah lebih dulu ke Pelabuhan Tandjung Priok. Dari sana, turis harus melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kota Tua Batavia dengan menggunakan kereta uap.
Setibanya di Batavia, turis pun harus lebih dulu menyerahkan barang bawaan ke rumah pabean (instansi pemerintah yang mengawas dan memungut bea masuk) untuk dicek sebelum bisa dibawa ke hotel.
Alun-alun Fatahillah di Kota Tua Jakarta (Lamhot/detikTravel) |
Dari hotel di Batavia dan Weltevreden, turis asing bisa menjelajahi sepanjang Noordwijk (Jalan Juanda) hingga Lapangan Banteng di pagi hari. Sejumlah objek wisata seperti Gedung NILLMIJ (Gedung Asuransi Jiwasraya), Gereja Katedral Jakarta di Waterlooplein (Lapangan Banteng) hingga GPIB Imanuel jadi daya tarik.
Lanjut ke kawasan Kwitang dan Salemba, pelancong akan dimanjakan oleh kawasan pemukiman orang Eropa. Kawasan Cikini nan hijau yang kala itu masih berdiri kebun binatang (sekarang pindah ke Ragunan) juga jadi pilihan.
Trotoar di kawasan Cikini (Agung Pambudhy/detikcom) |
Opsi lain, keindahan Kali Besar yang ikonik dengan Jembatan Kota Intan juga jadi bukti keindahan Batavia di masa lalu. Lengkapi juga pengalaman dengan mampir ke kawasan Pecinan di Glodok.
Selain Batavia, Weltevreden dan Cikini, kawasan Pasar Baru hingga gereja kaum Portugis (Gereja Sion) di daerah Gunung Sahari pun jadi pilihan.
Gereja Sion (Randy/detikTravel) |
Jika menginginkan suasana sejuk seperti Bogor di Jakarta, kawasan Bidaracina di Jakarta Timur dahulu dikenal sejuk dan dipenuhi pepohonan rindang. Pelancong pun harus lebih dulu berangkat ke Stasiun Meester Cornelis (Jatinegara) sebelumnya, dilanjut dengan jalan kaki.
Bagi pelancong yang menyukai sejarah, Roema Gadja atau Museum Gajah (Museum Nasional) yang merupakan kebanggan Batavia kala itu juga cukup dikenal. Fungsinya pun tidak berubah dari dulu hingga sekarang.
Stasiun Jatinegara (Ibnu Hariyanto/detikcom) |
Menelisik kondisi Batavia yang telah menjadi Jakarta kini, tentu sudah sangat berbeda. Namun, masih tersisa sejumlah peninggalan zaman Belanda yang dahulu menjadi objek wisata populer para pelancong di abad ke-19.
Tidak ada salahnya untuk melakukan napak tilas kembali pada momen ulang tahun Jakarta yang ke-491 ini. Bayangkan diri Anda sebagai pelancong zaman dulu yang datang untuk melihat jejak kemegahan Batavia.
Selamat ulang tahun Jakarta, semoga semakin nyaman dan dicintai oleh para wisatawan dan penghuninya. (rdy/fay)












































Stasiun Tandjung Priok (Randy/detikTravel)
Alun-alun Fatahillah di Kota Tua Jakarta (Lamhot/detikTravel)
Trotoar di kawasan Cikini (Agung Pambudhy/detikcom)
Gereja Sion (Randy/detikTravel)
Stasiun Jatinegara (Ibnu Hariyanto/detikcom)
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi