Perkembangan Desa Wisata Pancoh di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus bergeliat. Desa berkonsep ekowisata ini menawarkan ragam keindahan alam, atraksi, kerajinan dan budaya lokal setempat.
Berada di Dusun Pancoh, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Desa Wisata Pancoh tumbuh sejak erupsi Merapi tahun 2010. Desa ini dikelola oleh warga setempat sejak tahun 2012. Sering dengan bergeliatnya aktivitas di desa ini, Kementerian Pariwisata dan UGM turun untuk memberikan pendampingan keahlian dalam bidang pariwisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, meski dari pariwisata ada pemanfaatan ekonomi yang didapat, namun yang patut diingat adalah tidak terganggunya kondisi alam dan kearifan lokal.
"Lingkungan masyarakat tidak berubah. Ini yang coba dikerjakan, seluruh dunia trennya seperti ini, alam punya manfaat ekonomi tanpa mengeksploitasi besar-besaran yang merusak. Dan pemain utama adalah desa wisata," jelasnya.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Pancoh, Noto Wiyono mengatakan, berdirinya Desa Wisata Pancoh berawal setelah erupsi Merapi 2010. Saat itu warga sepulang dari pengungsian kembali ke desanya dengan pendampingan dari LSM. Saat itu diarahkan agar mengelola alam menjadi objek wisata.
(Ristu Hanafi/detikTravel) |
Tonton juga video: 'Menyusuri Lereng Gunung Merapi'
"Basic warga dari petani salak ke wisata, tidak ada modal, kita kesulitan SDM, otodidak hingga ada pendampingan dari kampus dan Dinas Pariwisata," ujarnya.
Desa Wisata Pancoh ini menawarkan konsep alam tanpa adanya wahana buatan. Konsep ini dipilih karena wilayah setempat termasuk penyangga air di lereng Merapi. Hingga akhirnya pengelolaan resmi dibentuk tahun 2012.
BACA JUGA: Liburan ke Sleman, Coba Ayam Bakar Lezat yang Satu Ini!
"Tapi konsep konservasi ini cukup menjadi beban karena kita harus betul-betul menjaga alam. Kita terapkan aturan sehari hanya menerima maksimal 500 orang, atau dua rombongan meski hanya per rombongan kurang dari 500 orang," ujarnya.
Di awal berdiri, tamu pertama Desa Wisata Pancoh 5 orang dengan jumlah homestay 5 rumah. Sekarang sudah ada 64 rumah homestay dengan total 80 kamar. Kegiatan yang ditawarkan pengelola bagi wisatawan yakni wisata edukasi bertani, membatik, belajar gamelan, berkunjung ke peternakan, memetik salak, kerajinan tangan daur ulang sampah, hingga outbond.
(Ristu Hanafi/detikTravel) |
Desa Wisata Pancoh saat ini masuk kategori desa wisata berkembang dengan pendapatan sekitar Rp 800 juta-Rp 1 miliar per tahun.
"Ada tiga klaster desa wisata di Sleman, tumbuh, berkembang, mandiri. Statusnya dievaluasi tiap 2 tahun sekali. Dan Desa Wisata Pancoh ini, bersama dengan Desa Wisata Pulesari yang sudah mandiri, menjadi pilot project desa wisata di Sleman," jelasnya.












































(Ristu Hanafi/detikTravel)
(Ristu Hanafi/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun di Hutan Gunung Sanggabuana Bisa Berpotensi Buruk
Bus Rosalia Indah Viral Ugal-ugalan di Tol, Sopir Resmi Kena PHK