Ketika Smartphone Jadi Tak Pintar Lagi di Pedalaman Papua Barat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ketika Smartphone Jadi Tak Pintar Lagi di Pedalaman Papua Barat

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 13 Sep 2018 17:20 WIB
Komunikasi sopir di Pegaf menggunakan radio HT (Masaul/detikTravel)
Pegunungan Arfak - Hal-hal unik dialami ketika traveler berkunjung ke Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Papua Barat. Smartphone di sana tak lagi pintar.

Alasannya, radio handy talky (HT) masih menjadi barang yang amat penting peranannya bagi warga. Akses komunikasi langsung menggunakan radio di wilayah ini lebih baik dibandingkan ponsel.

Dijelaskan Welly Wamaer (45) dari Dinkes Provinsi Papua Barat, ia sudah hafal dengan Pegaf karena sudah bertugas dari tahun 1993. Mula-mula, ia menceritakan sejarah Pegaf yang sampai tahun 1800-an suku-suku di Anggi tidak memiliki budaya menulis sampai misionaris datang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada tanggal 5 Februari diperingati karena orang Papua pertama kali mengenal Injil di tahun 1855 dengan Pulau Mansinam dibuat prasasti peringatannya," kata Welly pada kunjungan detikTravel di Kabupaten Pegaf beberapa waktu lalu.

Sejarah radio HT sendiri masih berhubungan dengan para misionaris. Awal mulanya pendatang dibantu radio SSB (perangkat telekomunikasi jarak jauh), frekuensi mereka adalah MHz (mega hertz).

Ketika Smartphone Jadi Tak Pintar Lagi di Pedalaman Papua BaratSinyal telepon tak ada di seluruh wilayah Pegaf (Masaul/detikTravel)


Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2000-an penduduk Pegaf mulai membeli HP namun tak bisa dipakai komunikasi karena tak ada sinyal. Lalu pada tahunn 2010-2012 akses jalan dari Manokwari-Anggi mulai dibangun dan transportasi desa pun masuk.

"Transportasi desa itu ya mobil 4X4, mereka menggunakan radio untuk berkomunikasi lewat radio antar sopirnya. Begitu kabupaten terbentuk, Pemkab Pegaf memberi setiap kampung 1 radio, yang bertujuan memudahkan komunikasi jika ada penduduk lokal yang akan ke Kota Manokwari atau sebaliknya," jelas Welly.

Namun, setelah masyarakat tahu hal tersebut dan smartphone juga tidak bisa digunakan, mereka membeli dan memakai alat komunikasi HT lewat dana desa. Mulanya, bupati hanya memberi setiap kepala kampung.

"Namun warga yang ikut-ikutan beli sendiri. Jadi malah mengganggu frekuensi yang digunakan itu," kata Welly.



Ketika Smartphone Jadi Tak Pintar Lagi di Pedalaman Papua BaratRadio RIG yang terpasang di mobil 4X4 (Masaul/detikTravel)

Apa syarat penggunaan radio?

1. Punya radio
2. Mendaftarkan diri menjadi anggota di Orari atau Rapi untuk mendapat nomor keanggotaan dan diberi surat izin berkomunikasi dengan nama frekuensinya
3. Membayar biaya administrasi dan diberi buku petunjuk dan ada masa berlaku keanggotaan
4. Absensi pengguna radio aktif atau tidak
5. Siap membantu tidak kalau ada keadaan darurat.

"Sampai sekarang belum ada sosialisasi dari RAPI dan ORARI. Padahal dalam penggunaan radio ada aturannnya. Harus punya izin dan menjadi anggota dari salah satu perhimpunan," ucap Welly.

Ada dampak penggunaan radio HT di wilayah Pegaf yang terbilang liar itu. Yang paling parah adalah mengganggu percakapan penting ketika disela orang lain karena tidak tahu aturan malah bikin putus komunikasi itu.

Kabupaten Arfak berada di ketinggian 1.700 mdpl. Beragam potensi wisata alam ada di sini, mulai dari danau kembar, pengamatan burung dilindungi, kupu-kupu, hingga budaya lokal yang masih terjaga.

Setelah detikTravel merasakan perjalanan panjang selama kurang lebih 7 jam dari Manokwari hingga kota Kabupaten Pegunungan Arfak memang cukup melelahkan untuk wisatawan. Hal itu dikarenakan medannya terbilang berat karena hanya bisa dilewati mobil 4X4.

Cerita seru Kabupaten Pegaf akan ada di artikel selanjutnya. Tunggu ya! (msl/fay)

Hide Ads