Pameran yang secara resmi dibuka di Museum Tekstil, Jakarta, pada Rabu 19 September ini berlangsung hingga 7 Oktober 2018. Ulos yang dipamerkan rata-rata berusia 50 tahun ke atas dan seluruhnya merupakan koleksi pribadi Devi Pandjaitan boru Simatupang.
Total Ulos yang dipamerkan ada 50 helai di mana 25-30 dari jumlah tersebut merupakan koleksi langka. Bahkan orang Batak sendiri belum tentu mengenal motifnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pameran Ulos Hangoluan dan Tondi ini dikemas oleh Kerri Na Basaria bersama Tobatenun di bawah Yayasan DEL. Pameran ini mengusung konsep Stages of Life atau tahapan dalam kehidupan yang terdiri dari Birth, Life, Marriage, Death, dan Paradise.
Dari pintu utama Museum Tekstil, pengunjung akan dimanjakan dengan instalasi pengenalan berjudul Introduction. Instalasi ini memperkenalkan kehidupan sehari-hari masyarakat Samosir.
Berikutnya adalah ruangan Birth yang terinspirasi dari awal sebuah kehidupan dan memberikan esensi dari sebuah kehidupan baru.
"Salah satu kain yang unik dan sarat makna yang dipajang di ruangan ini dinamakan Ulos Lobu-Lobu. Ulos in diberikan kepada perempuan yang ingin hamil atau yang baru melahirkan," terang Kerri dalam keterangan tertulis, Kamis (20/9/2018).
Selain itu, ada ruangan Life yang menggambarkan kondisi alam, penduduk, serta dinamika kehidupan setiap manusia. Kain Ulos yang dipamerkan di ruangan ini biasa digunakan dari masa kanak-kanak hingga usia senja.
Tahapan kehidupan berikutnya akan disuguhkan dalam ruangan Marriage. Ruangan ini menggunakan warna yang berbeda dari pilihan masyarakat modern pada umumnya.
"Masyarakat Batak memiliki nilai tersendiri tentang kecantikan pesta pernikahan. Kain Ulos memiliki nilai cantik yang sarat akan makna dan sakral dibandingkan pesta masyarakat pada umumnya," papar Kerri.
Di fase berikutnya ada ruangan Death untuk menggambarkan akhir kehidupan di dunia yang harus disyukuri dan diterima.
"Dan yang terakhir ini ruangan Paradise. Fase ini adalah fase menuju kehidupan abadi setelah manusia menunaikan tugas hidupnya di dunia. Bagi masyarakat Batak, dunia akhir dipercaya dilalui semua orang pada akhir hayatnya," tegas Kerri.
Sementara itu, pembukaan pameran ini dihadiri oleh Dua Menteri Kabinet Kerja, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Hadir juga Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan dibuat terkagum-kagum oleh deretan Ulos yang dipamerkan. Apalagi setelah ia mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Menteri asal Banyuwangi ini pun mengaku baru mengetahui kalau Ulos mengiringi kehidupan masyarakat Batak dari lahir hingga meninggal.
"Ulos ini tradisi kehidupan masyarakat Batak. Bayi baru lahir itu menggunakan kain Ulos. Dari lahir hingga meninggal itu pakai kain Ulos dan saat dibaptis juga pakai kain Ulos. Jadi begitu banyak historis dan religiusnya kain Ulos," ujar Arief.
Arief bahkan menyebut kain Ulos sebagai harta yang tak ternilai dengan tiga esensi yang menjadi indikasi. Pertama, kain Ulos yang terus mengiringi kehidupan masyarakat Batak. Kedua, dengan Ulos, satu generasi ke generasi berikutnya dapat saling mengenal.
"Dan yang ke tiga, Ulos sebagai sumber pendapatan masyarakat karena kerajinan Ulos sangat tinggi nilainya. Seperti yang saya gunakan ini sudah berusia 100 tahun. Harganya Rp 10 juta lebih," sebut Arief.
Namun bukan hanya Ulos yang mampu mencuri perhatian. Cara pameran tersebut dikemas pun keren dan menjadi bagian dalam mempromosikan Sumatera Utara, khususnya destinasi prioritas Danau Toba.
"Kegiatan ini merupakan salah satu upaya penyebaran pesona budaya Batak, khususnya dalam dunia tenun kain Ulos kepada dunia," ujarnya.
Untuk melihat langsung koleksi Ulos, pengunjung bisa datang ke Museum Tekstil mulai besok (20/9). Pameran ini dibuka untuk umum tanpa dikenakan biaya tiket, hanya dipungut biaya retribusi museum sebesar Rp 5.000 saja. (ega/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!