Jutaan Hektar Lahan Wisata Alam Masih Menunggu Aliran Investasi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jutaan Hektar Lahan Wisata Alam Masih Menunggu Aliran Investasi

Prima Fauzi - detikTravel
Minggu, 28 Okt 2018 18:21 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Peluang investasi besar ditawarkan melalui destinasi wisata alam. Sektor ini memiliki 'lahan tidur' seluas 4,413 juta hektare yang masih menunggu aliran investasi untuk dikembangkan. Dari luas itu, sebesar 0,21% (sekitar 9,48 ribu hektar) di antaranya sudah memiliki desain tapak.

"Destinasi wisata alam memiliki peluang bagus untuk investasi. Potensinya masih sangat luas. Destinasi ini butuh aliran investasi ideal untuk mempercepat proses pertumbuhan kawasan," ungkap Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan Dody Wahyu Karyanto dalam keterangan tertulis Kemenpar, Minggu (28/10/2018).

Meski demikian, dalam forum group discussion bertajuk Kebijakan Dalam Pengembangan Pariwisata Alam, Dody mengungkap tidak semua kawasan konservasi boleh dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata, seperti Cagar Alam. Selain itu zona inti pada Taman Nasional hanya boleh digunakan untuk penelitian dan pendidikan. Sementara Suaka Margasatwa hanya boleh untuk wisata terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemanfaatan lahan untuk wisata alam hanya boleh dilakukan di zona atau blok pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya.

Dalam rangka mendorong peran investor, sejak tahun 2015 telah ada sebanyak 12 ribu areal usaha wisata alam yang terbuka untuk investasi. Dari areal usaha tersebut baru 2.000 areal yang telah mendapatkan pengajuan izin investor.


"Potensi yang luar biasa tersebut tidak boleh disia-siakan, harus ditangani sungguh-sungguh agar visi menyejahterakan masyarakat dapat segera terwujud. Kami ingin ada investor yang masuk dalam waktu dekat ini. Sebab, potensi arus masuk wisatawannya menjanjikan dan masih bisa terus dikembangkan," tutur Dody.

Sementara itu destinasi wisata yang telah berkembang cukup baik sebagian masih bertumpu di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Timur. Sementara yang mejadi tantangan selanjutnya adalah mengembangkan potensi di kawasan Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua.

"Investasi selalu terbuka diberbagai lini destinasi pariwisata. Angka dan potensinya sangat menjanjikan. Investasi ini akan semakin menggiurkan seiring pertumbuhan besar pariwisata Indonesia. Untuk itu, kami mengundang para investor untuk berinvestasi di sektor ini," terang Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembangaan Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa.

Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, secara umum wisman pariwisata Indonesia tumbuh signifikan sebesar 22%. Jumlah ini hampir 3 kali lipat dari regional dan global seperti di kawasan ASEAN yang tumbuh 7% sementara UNWTO naik 6,4%. Efeknya, kata Rizki, Wonderful Indonesia membukukan devisa Rp 203 triliun di 2017 yang ditargetkan Rp 200 triliun dengan pertumbuhan 35%-40%. Menurutnya sektor ini dipercaya memberi kontribusi 10%-14% bagi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018.


Dia melanjutkan, efek makro tersebut berimbas secara internal kepada destinasi wisata alam. Mengacu arus wisatawan di tahun 2017, jumlah pengunjung mencapai 7,3 juta orang dengan kemampuan spending sekitar Rp 150 ribu per orang/trip. Dengan postur besar tersebut, kata dia, sedikitnya ada Rp 1,1 triliun perputaran uang di destinasi tersebut.

"Destinasi wisata alam ini sangat menjanjikan, kawasan ini akan terus tumbuh. Aspek pendukungnya seperti aksesibilitas dan amenitasnya terus berkembang bagus. Destinasi tersebut semakin mendapatkan akses besar. Intinya, berinvestasi di sektor ini akan sangat menjanjikan," tutup Arief. (idr/idr)

Hide Ads