Siraman Panjang, Ritual Cuci Piring Sunan Gunung Jati

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Siraman Panjang, Ritual Cuci Piring Sunan Gunung Jati

Sudirman Wamad - detikTravel
Kamis, 15 Nov 2018 19:15 WIB
Piring-piring Sunan Gunung Jati (Sudirman Wamad/detikTravel)
Cirebon - Cirebon masih lekat dengan aktivitas keraton yang sarat budaya, sebut saja Siraman Panjang. Ritual ini adalah kegiatan cuci piring Sunan Gunung Jati.

Puluhan abdi dalam Keraton Kasepuhan Cirebon melangsungkan pencucian piring-piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati. Lantunan salawat mengiringi tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun itu.

Tradisi bernama siraman panjang itu dilangsungkan di Dalem Arum komplek Keraton Kasepuhan Cirebon. Piring-piring pusaka itu dicuci menggunakan air sumur yang berada di sekitar komplek Keraton Kasepuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sultan Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadingrat, piring pusaka yang dicuci dalam tradisi siraman panjang itu berjumlah 47 piring, tujuh di antaranya merupakan piring pusaka berukuran besar milik Sunan Gunung Jati itu digunakan untuk menjamu para Wali Songo saat bermusyawarah. Sementara itu, 40 piring lainnya merupakan piring ukuran kecil yang berkaligrafi.

"Tujuh piring yang digunakan Wali Songo itu usianya sekitar 700 tahun, kalau piring kecilnya itu sekitar 600 tahun. Piring-piring pusaka ini dicuci setahun sekali, setiap tanggal lima maulid," kata Airef usai tradisi siraman panjang, Kamis (15/11/2018).

(Sudirman Wamad/detikTravel)(Sudirman Wamad/detikTravel)

Lebih lanjut, Arief menyebutkan piring yang telah dicuci itu akan digunakan dalam ritual panjang jimat yang digelar pada tanggal 12 bulan Mualid atau Rabiul Awal, yang jatuh pada 21 November mendatang. Tradisi siraman panjang, lanjut Arief memiliki filosofi sebagai penyucian diri.

"Setiap kegiatan atau ibadah, tentunya kita harus menyucikan diri terlebih dahulu. Sebelum memulai ritual panjang jimat, maka kita mulai dulu dengan tradisi siraman panjang," katanya.

Selain piring, pihak keraton juga mencuci dua guci dan dua botol kristal yang usianya ratusan tahun.

"Piring-piring ini akan digunakan untuk nasi jimat saat panjang jimat nanti. Kita juga sudah membuat bekaseman ikan untuk nasi jimat nanti," ucapnya.

(Sudirman Wamad/detikTravel)(Sudirman Wamad/detikTravel)

Lebih lanjut, Arief menjelaskan bekasem ikan merupakan makanan khas para wali. Proses pembuatannya melalui fermentasi.

"Ikan dimasukan ke gentong, kemudian ada garam, nasi putih, dan gula. Didiamkan selama sebulan dalam kondisi kedap udara, kemudian dibuka. Nanti ikannya dimasak diasjikan saat panjang jimat," katanya. (aff/aff)

Hide Ads