Perburuan Kejam Lumba-lumba di Jepang Sudah Banyak Dikecam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perburuan Kejam Lumba-lumba di Jepang Sudah Banyak Dikecam

Afif Farhan - detikTravel
Senin, 04 Feb 2019 18:15 WIB
Foto: (Reuters)
Taiji - Perburuan kejam lumba-lumba di Taiji, Jepang sudah mendapat banyak kecaman. Berbagai petisi sudah dilakukan, meminta pemerintah Jepang ambil tindakan tegas.

Baru-baru ini heboh di Instagram, sebuah video yang menampilkan perburuan lumba-lumba. Bahkan, lautan yang biru pun berubah menjadi warna merah dari darah lumba-lumba.

BACA JUGA: Lautan Darah Lumba-lumba yang Menyayat Hati

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Senin (4/2/2019) perburuan lumba-lumba itu terjadi di Taiji, kota pesisir di Jepang. Taiji masuk dalam Prefketur Wakayama dan dapat ditempuh naik pesawat sekitar 1 jam dari Tokyo.

Selama 6 bulan dalam setahun, dimulai pada September, nelayan setempat berburu lumba-lumba. Metode yang digunakan terbilang sadis nan kejam. Kepala dan badan lumba-lumba akan ditusuk sampai mereka lemas dan tak melawan.

Pantai nan biru berubah menjadi lautan darah. Lumba-lumba dibiarkan mati di dalam air sebelum diangkat ke perahu. Bayi lumba-lumba yang ketakukan melompat ke daratan. Dari dalam air, akan ada nelayan yang menyelam untuk memastikan semua lumba-lumba sudah diangkat ke perahu.

View this post on Instagram

URGENT!! Please read this important update on #TheCove via Director Louie @psihoyos: In the article, "Beyond The Cove: what happened after the Oscar-winning documentary?" director of A Whale of a Tale, Megumi Sasaki claims, "It was like they were pointing a camera at people who can't raise their own voice. It's like bullying." I am the director of The Cove and our team did in fact spend several days negotiating with the Mayor of Taiji and the dolphin hunting union to get their side of the story for our documentary. We even offered to not film the dolphin slaughter if they agreed to let us interview a single fisherman or town leader, but not a single person from that town was willing to step forward and talk on the record about the dolphin hunt. I went to journalism school and getting both sides of a story was always the goal. But do you really need to hear both sides of a story when one of those sides is committing barbaric acts of violence? Is it necessary to hear Jeffrey Daumer's side of the story to have an accurate picture? Serial killers and pedofiles have a point of view, but do you really need to hear both sides of a story when one of those sides is committing barbaric acts of violence and refuses to speak? Since nobody affiliated with the hunt would talk to us on the record, our team made the decision to break into the area now known as The Cove to see what they were hiding. What we saw and heard there was far more revealing than any interview could have achieved - it was so unspeakable it shocked the world...watch the full clip on our Facebook page - LINK IN BIO. The atrocities in The Cove are conducted within the confines of a Japanese National Park designated in the Town of Taiji as a "wildlife sanctuary." It was protected by guards, guard dogs, barbed wire and electronic sensors. It was clear why the Taiji mayor and the dolphin hunters wouldn't speak to the press or anyone else for that matter. Video: @oceanicpreservationsociety

A post shared by Oceanic Preservation Society (@oceanicpreservationsociety) on Aug 17, 2018 at 11:46am PDT



Faktanya sudah sejak 1 dekade silam, banyak organisasi dan lembaga yang peduli pada kehidupan satwa meminta pemerintah Jepang mengambil tindakan tegas. Mereka meminta pemerintah Jepang untuk menghentikan perburuan lumba-lumba di Taiji!

World Association of Zoos and Aquariums (Waza) alias asosiasi kebun binatang dan akuarium dunia juga sudah mengambil tindakan. Sejak tahun 2015, mereka melarang kebun binatang dan taman rekreasi bertema akuarium di Jepang dan di dunia mengambil lumba-lumba dari Taiji.

"Sebuah metode kejam dan tidak selektif dalam mengambil hewan dari alam liar," begitu tulis pernyataannya.


Tonton video: Sadisnya Tradisi Lumba-lumba di Jepang yang Dikecam Banyak Pihak

[Gambas:Video 20detik]



Japanese Association of Zoos and Aquariums (Jaza) juga ikut melakukan hal yang sama. Seruan dan edukasi tentang kehidupan lumba-lumba terus digalakkan.

International Marine Mammal Project, sebuah organisasi kelautan dari Amerika Serikat bahkan mengeluarkan petisi. Isinya yakni 'Stop the Slaughter & Captivity of Dolphins' yang ditunjukan pada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Walikota Taiji, Kazutaka Sangen.

Perburuan Kejam Lumba-lumba di Jepang Sudah Banyak Dikecam(Dok. CNN)


International Marine Mammal Project meminta pemerintah Jepang untuk menghentikan perburuan lumba-lumba di Taiji. Bahkan, International Marine Mammal Project mengaitkan dengan ajang Olimpiade Tokyo di 2020 mendatang.

"2020 Nanti Jepang akan menjadi tuan rumah Olimpiade. Tapi apakah saat itu, mereka juga masih berburu dan membantai lumba-lumba?" tulis pernyataannya.

80.555 Orang sudah mengikuti petisi tersebut. Yang nantinya, akan diperjuangkan menghadap pemerintah Jepang melalui bantuan organisasi-organisasi terkait.

"Ketika Anda menandatangani petisi ini, Anda berjanji TIDAK akan pernah membeli tiket ke pertunjukan lumba-lumba, Anda memberi tahu Walikota Taiji dan Perdana Menteri Jepang Abe bahwa pembantaian dan perdagangan lumba-lumba tidak dapat diterima. Anda menyangkal gagasan bahwa perburuan lumba-lumba Taiji adalah tradisional, karena ini terbukti salah," tulis isi petisinya. (aff/aff)

Hide Ads