Pada hari Minggu kemarin (10/3), Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 jatuh di dekat Addis Ababa, Ethiopia dan menewaskan 157 orang. Diketahui, salah satu korban adalah WNI bernama Harina Hafitz yang bekerja sebagai staf PBB di Roma.
Diketahui, pesawat yang jatuh merupakan produk Boeing 737 MAX 8. Sebelumnya, jenis pesawat tersebut juga diketahui bermasalah lewat tragedi Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Grafis Detik-detik Akhir Ethiopian Airlines yang Mengkhawatirkan
Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Senin (11/3/2019), para ahli dan pakar dunia penerbangan menduga kalau teknologi baru model MAX 8 bernama Manoeuvring Characteristics Augmentation System atau disingkat MCAS sebagai penyebabnya seperti diberitakan media News Australia.
Secara teknis, teknologi MCAS berfungsi untuk mengukur ketinggian bagian moncong pesawat saat mengudara. Apabila bagian moncong pesawat dianggap terlalu tinggi, sistem tersebut akan otomatis menurunkan hidup pesawat.
Sebenarnya, teknologi itu juga hanya akan menyala dalam mode auto-pilot. Masalah akan timbul, apabila teknologi itu menyala pada mode manual.
Namun, para pakar curiga kalau teknologi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan malah menurunkan bagian moncong pesawat tanpa sebab. Akibatnya, kecepatan pesawat berkurang dan berakibat pada menukiknya pesawat ke daratan dari ketinggian terakhir.
"Ini pertama kalinya Boeing menaruh MCAS yang berfungsi ketika pesawat mencapai ketinggian tertentu terlalu cepat, di mana dapat dapat menghambat pesawat," ujar pakar dunia penerbangan asal Australia, Neil Hansford.
Sejumlah serikat pekerja pilot pun berujar, kalau perubahan pada sistem kontrol penerbangan di pesawat Boeing model MAX 8 tersebut tidak dijelaskan pada pilot yang menerbangkannya.
Namun, dugaan itu dianggap masih terlalu dini. Perlakuan pilot pada pesawat dengan model berbeda juga memegang faktor penting. Terlebih, terkait teknologi atau sistem pesawat yang harus disetting secara manual.
"Ketika Anda melakukan latihan konversi dari satu model pesawat ke lainnya, bagaimana membenarkan MCAS harus dilakukan secara manual," tambah Neil.
Fakta lainnya, pihak Boeing langsung mengeluarkan buku manual baru terkait cara menerbangkan pesawat model MAX 8 untuk para pilot paska tragedi Lion Air.
Masalahnya, apakah pihak maskapai Ethiopian Airlines telah melakukan training terkait cara menerbangan model MAX 8 pada para pilotnya. Itu yang menjadi pertanyaan tambahan.
Simak Juga 'Sederet Persamaan Jatuhnya Ethiopian Airlines dan Lion Air':
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan