Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang datang meresmikan Grand Launching International Class and English Languange Centre (ELC) tersebut menjelaskan, kelas internasional ini untuk peningkatan standar kurikulum pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM pariwisata.
"Program kelas internasional ini adalah salah satu jawaban dalam menghasilkan SDM yang andal dan kompetitif. Dalam pengembangan SDM Pariwisata itu gunakan global standar agar bisa bersaing di level global. Indonesia sendiri saat ini sudah menggunakan regional standar yang sering disebut ASEAN MRA, Mutual Recognition Arrangement. Kita harus punya kompetensi selevel ASEAN dulu saja," kata Arief dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Implementasinya sendiri, lanjut Arief, nantinya para mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk belajar 2 semester di Victoria University. Mereka juga akan menjalani magang di Australia sebagai salah satu peluang besar bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman bekerja.
"Dengan harapan tinggi, upaya ini akan meningkatkan tingkat standar pendidikan pariwisata di Indonesia menuju standar global. Saya harap para mahasiswa akan melakukan yang terbaik dalam proses belajar. Karena para mahasiswa ini juga mewakili Indonesia di Australia," ujar Arief.
Nantinya akan ada beberapa program-program yang dikembangkan oleh STP NHI Bandung dan STP Bali ELC antara lain pertama penguatan pembelajaran bahasa Inggris untuk hospitality bagi mahasiswa dan dosen.
Lalu pelatihan kemahiran bahasa Inggris yang terkait dengan industri pariwisata dan perhotelan, seperti di bidang kesekretariatan dan petugas informasi atau contact center. Ketiga adalah untuk mempersiapkan dan Tes IELTS bagi mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat umum.
Dalam peresmian tersebut, Arief menekankan pentingnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwsata di bawah koordinasi Kemenpar untuk menerapkan 3C (Curriculum, Certification, Center of Excellence), yang merupakan basis standar dunia.
Certification, jelas dia, mewajibkan semua lulusan sekolah di bawah Kemenpar, dosen, serta perguruan tingginya harus terstandarisasi dengan standar ASEAN. Sementara itu, center of excellence, mewajibkan setiap orang memiliki keahlian khusus untuk masuk ke dalam industri pariwisata.
"Maka dari itu, saya meminta setiap sekolah pariwisata memiliki spesialisasinya masing-masing misal Bandung untuk kuliner, Bali untuk budaya, dan Lombok terkait wisata halal," tuturnya.
(mul/ega)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!