Kepala Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasety, mengungkapkan konsep yang dikembangkan destinasi ini tidak merusak lingkungan.
"Kita sangat fokus pada pengembangan nomadic tourism di Danau Toba, tapi kita juga peduli dengan alam di sekitarnya. Oleh karena itu, pembangunan The Kaldera mengusung konsep eco-friendly. Kita mempertahankan pohon-pohon pinus di dalam The Kaldera. Selain itu kita memaksimalkan topografi yang ada. Misalnya Kaldera Amphiteater kita bangun di titik di mana topografinya memang menurun, jadi tinggal kita susun batu saja," ujar Arie dalam keterangan tertulisnya, Minggu (31/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsep eco-friendly yang kita usung, kita terapkan ke semua aspek. Bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga instalasi. Contohnya kabin yang dibangun kita menggunakan panel surya. Gunanya adalah untuk penerangan interior di malam hari. Tanki penampung air juga kita letakkan di titik yang cukup tinggi sehingga sirkulasi air ke toilet tidak memerlukan pompa melainkan memanfaatkan gravitasi," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism Kementerian Pariwisata Waizly Darwin memaparkan konsep dari nomadic tourism ini memiliki nilai yang luar biasa.
"Value proposition dari solusi nomadic amenities antara lain adalah murah, mudah, dan cepat. Secara fisik, pembangunannya memang murah, tapi saat sudah jadi, dijualnya bisa lebih mahal dibanding hotel dan yang pasti, nomadic amenities mudah dioperasikan dibanding hotel. Cepat dibangun dan cepat balik modal," katanya.
Modal membangun satu kamar glamping, lanjut Waizly, tidaklah mahal yakni hanya mulai dari Rp 70 juta. Namun jika mau membangun amenitas lebih premium, biayanya bisa mencapai hingga Rp 300 juta per kamar atau tenda. Biaya tersebut sudah lengkap dengan interior dan dekorasi kekinian.
Selain glamping, wisatawan juga bisa menjajal aktivitas lainnya. Mulai dari helitour keliling geopark Danau Toba hingga coffee trail ke salah satu lokasi perkebunan kopi terbaik di dunia.
"Bahkan kita juga mewajibkan peserta helitour untuk menanam satu pohon setelah selesai menikmati perjalanan. Hal ini untuk menciptakan keseimbangan carbon footprint," kata Waizly.
Pada kesempatan yang berbeda, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan konsep nomadic tourism sangat layak dikembangkan di sejumlah destinasi di Indonesia.
"Mengapa sangat cocok? Karena pembangunannya cepat. Biayanya juga lebih murah dibandingkan membangun hotel. Saya menyebut nomadic tourism sebagai solusi sementara sebagai solusi selamanya dan pembangunan The Kaldera bisa menjadi contoh bagi destinasi lainnya," ujarnya.
Destinasi The Kaldera - Toba Nomadic Escape yang dibangun Kementerian Pariwisata melalui BPODT ini akan diresmikan pada 4 April mendatang. Diyakini destinasi ini akan memperkuat status danau terbesar di Indonesia ini sebagai destinasi super prioritas. (idr/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!