Cerita soal Yeti sudah demikian masyhur di kalangan traveler sejak berpuluh-puluh tahun silam. Ada yang meyakini keberadaan makhluk ini nyata, namun ada pula yang menyebut itu hanya cerita pengantar tidur saja.
Dilansir detikcom dari BBC dan juga sumber lainnya, Selasa (30/4/2019), Yeti digambarkan memiliki badan besar, seperti raksasa, bertaring dan berbulu putih lebat. Konon, bentuk badannya seperti perpaduan antara manusia dan kera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Viral! Tentara India Klaim Temukan Jejak Kaki Yeti
Bagi para Sherpa, Yeti diyakini sebagai sosok buas yang tinggal di kawasan puncak Pegunungan Himalaya. Mereka tidak akrab dengan manusia. Yeti dan manusia diceritakan saling membunuh berabad-abad silam.
Itu juga yang membuat para Sherpa tidak berani berjalan sendirian di Pegunungan Himalaya. Mereka mengganggap Yeti seperti binatang liar yang patut ditakuti.
![]() |
Berbagai ekspedisi, baik oleh para peneliti maupun para pendaki pun dilakukan untuk mencari eksistensi dan membuktikan keberadaan Yeti. Tahun 1921, seorang penjelajah Inggris bernama Charles Howard-Bury membuat gempar dunia atas penemuannya: menemukan jejak kaki Yeti.
Jejak kaki yang ditemukan Charles bentuknya bukan seperti jejak kaki manusia. Charles bahkan menyebut Yeti sebagai manusia-kera. Setelah penemuan Charles ini, banyak pendaki lain yang ingin 'berburu' sosok Yeti.
Kali ini giliran Eric Shipton, pendaki asal Inggris yang berhasil memotret jejak kaki raksasa di atas salju yang bentuknya bukan seperti telapak kaki manusia di tahun 1951. Satu per satu pendaki mengklaim mereka punya bukti soal Yeti.
Tapi ada juga pendaki yang skeptis soal Yeti. Salah satunya adalah seorang pendaki bernama Reinholed Messner. Messner dengan tegas menyatakan tidak percaya tentang Yeti.
"Yeti sebenarnya adalah beruang. Semua jejak kakinya adalah jejak kaki beruang. Yeti memang nyata, tapi dia itu beruang," tegasnya.
![]() |
Tim peneliti dari Universitas Oxford di bawah pimpinan Profesor Bryan Sykes pun mendukung pernyataan itu. Mereka melakukan uji DNA atas sampel kulit dan tengkorak yang diyakini sebagai Yeti. Hasilnya sudah bisa langsung diketahui, kalau Yeti sebenarnya adalah persilangan antara beruang kutub dan beruang cokelat.
"Yeti merupakan makhluk persilangan antara beruang kutub dan beruang coklat. Saya yakin Yeti adalah beruang kutub yang berkeliaran di Himalaya," katanya.
Sampel rambut yang dipercaya milik Yeti, cocok dengan sampel rambut beruang kutub yang berkeliaran di Bumi sekitar 40.000 tahun yang lalu. Menurut Sykes, Yeti merupakan keturunan dari nenek moyang beruang kutub. Hasil yang menarik, karena benar-benar tak terduga.
Bisa jadi Yeti merupakan sub spesies dari beruang coklat Himalaya, yang merupakan nenek moyang dari beruang kutub. Yeti bisa juga lahir dari hasil hibridisasi baru dari beruang coklat dan keturunan dari beruang kutub kuno.
Messner menambahkan, sebenarnya cerita-cerita soal Yeti ini termasuk kearifan lokal yang punya tujuan baik. Agar masyarakat tidak nekat berjalan sendirian di Pegunungan Himalaya. Bukannya kenapa-kenapa, tetapi demi keamanan dan keselamatan diri sendiri.
Seperti kita tahu, Pegunungan Himalaya punya cuaca yang dingin ekstrem. Akan lebih baik jika kita melakukan penjelajahan ditemani pemandu yang sudah paham betul dengan kondisi daerah tersebut. (wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum