Cirebon merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di tanah Jawa. Daerah yang berada di pesisir pantai utara Jawa Barat ini dijuluki sebagai Kota Wali. Cirebon memiliki banyak peninggalan sejarah seperti keraton dan masjid tua, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Nah, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada tradisi unik yakni 'azan pitu' alias azan tujuh saat Salat Jumat. Sesuai namanya, azan tujuh dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Azan tujuh bagian tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ismail menceritakan Menjangan Wulu merupakan tokoh sakti yang cemburu lantaran banyak masyarakat Cirebon berbondong-bondong memeluk Islam. Ornamen masjid yang kental dengan agama Hindu membuat masyarakat penasaran untuk datang ke masjid. Terlebih lagi saat azan dikumandangkan, masyarakat yang saat itu belum memeluk penasaran.
"Mereka (masyarakat) masuk Islam. Menjangan Wulu ini tidak suka dengan kondisi tersebut. Akhirnya mencari tahu kenapa banyak orang datang ke masjid, kesimpulannya karena azan," kata Ismail saat berbincang dengan detikcom di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Jumat (17/5/2019) kemarin.
Akhirnya, Menjangan Wulu melancarkan siasat liciknya agar azan tak berkumandang di masjid. Melalui kesaktiannya, Menjangan Wulu menaruh racun di atas masjid.
"Racun itu bereaksi ketika ada orang azan. Menyerang muazin, mengakibatkan sakit. Akhirnya tak bisa azan. Kemudian Nyi Mas Pakung Wati memerintah agar muazinnya itu jangan satu," kata Ismail.
![]() |
Intruksi Nyi Mas Pakung Wati pun langsung dilaksanakan. Azan pun dikumandangkan oleh dua orang. Namun tetap tak bisa menghindar dari serangan racun.
"Sampai enam orang yang azan, tetap terkena serangan racun. Kemudian, tambah lagi. Yang azan jadi tujuh orang, ternyata sampai selesai. Tidak ada serangan racun," ucap Ismail.
Saat azan dikumandangkan oleh tujuh muazin, dikatakan Ismail, tiba-tiba dari atap masjid terdengar ledakan keras dari racun milik Menjangan Wulu itu. Azan tujuh pun berlanjut setiap kali salat lima waktu. Tujuannya untuk mengantisipasi serangan susulan.
"Setelah sudah kondusif, azan tujuh dialihkan hanya untuk Salat Jumat. Sampai sekarang masih kita kumandangkan," ucapnya.
BACA JUGA: Masjid yang Terbuat dari Bambu Nan Sejuk di Cirebon
Ismail menyebutkan awalnya muazin yang dipilih untuk mengumandangkan azan tujuh adalah para jmaah masjid, karena kondisi terdesak pasalnya sejumlah muazin terkena serangan racun. Saat ini, dukatakan Ismail, muazin azna tujuh merupakan keturunan dari muazin terdahulu.
"Sekarang turun temurun, kalau saya itu kakek yang pernah jadi muazin di sini," ucap Ismail.
![]() |
Kado untuk Istri Sunan Gunung Jati
Usai bercerita tentang kisah azan tujuh. Ismail melanjutkan kisahnya tentang sejarah berdirinya Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Namun, menurut Ismail, tak banyak literatur yang menjelaskan secara detil tentang sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Ismail menyebutkan masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1480.
"Pembangunan masjid ini inisiatif Sunan Gunung Jati untuk istrinya, Nyi Mas Pakung Wati, intinya sih hadiah buat istrinya," kata Ismail.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki tiang peyangga yang terbuat dari kayu. Ukuran tiangnya besar-besar. Menurut Ismail, arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah Sunan Kalijaga dan Raden Sepat.
"Raden Sepat ini bukan muslim, penganut Hindu katanya. Makanya ada nuansa Hindu di masjid ini," ucap Ismail.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dikatakan Ismail awalnya bernama Masjid Pakung Wati. Menurutnya nama masjid berubah sekitar tahun 1970. "Karena ini kan persembahan buat istri Sunan Gunung Jati, jadi awalnya bernama Masjid Pakung Wati," katanya. (sym/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum