Silakan cari di internet tentang negara paling aman atau negara paling bahagia di dunia. Pasti, Norwegia selalu masuk dalam daftarnya. Negara Nordik di Semenanjung Skandinavia ini terkenal akan kehidupannya yang cinta damai.
BACA JUGA: Belajar Hidup Bahagia dari Norwegia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
'How Norway Turns Criminals Into Good Neighbours' begitu artikel dari BBC yang membahas tentang Penjara Halden. Suatu penjara di Kota Halden, yang berlokasi sekitar 130-an kilometer di sebelah selatan Kota Oslo (ibukota negara Norwegia).
"Mereka, para narapidana adalah manusia. Mereka telah melakukan kesalahan dan harus dihukum, tapi jangan lupa juga kalau mereka adalah manusia," kata Kepala Penjara Halden, Are Hoidal.
Penjara Halden, dulunya mirip seperti penjara pada umumnya yang terkesan gelap, kumuh dan tidak terurus. Namun di tahun 1990-an, pemerintah Norwegia melalui Norwegian Correctional Service (semacam badan pemberdayaan masyarakat) mengubah hal tersebut.
Dibuatlah penjara yang lebih nyaman dan manusiawi. Bagian dalamnya bukan seperti penjara saja. Kamarnya bagai hotel, ada panorama hutan yang indah, taman-taman dan fasilitas super lengkap. Sampai-sampai kelas yoga dan studio rekaman pun ada!
![]() |
Penjara Halden dirombak dengan menghabiskan biaya sebesar 153 juta Euro atau sekitar Rp 2,4 T. Angka yang sangat, sangat fantastis.
Lihatlah bagian kamarnya. Ada TV, sofa, kasur yang empuk dan jendela. Suasananya sangat nyaman, seperti sedang berada di kamar hotel saja.
"Kami tidak merampas kebebasan para narapidana. Mereka mendapat hak-hak yang layak seperti orang Norwegia pada umumnya," terang Hoidal.
Hoidal menjelaskan, para narapidana tetap mendapat hak kesehatan sampai pendidikan. Bahkan, narapidana di Norwegia diberikan pelatihan khusus di dalam penjara seperti pelatihan menjadi mekanik, tukang kayu, menjahit sampai menjadi koki.
"Penjara di sini bukanlah soal balas dendam. Keluar dari sini, mereka bisa bekerja dan hidup sebagaimana mestinya," terangnya.
![]() |
![]() |
Juga soal pendidikan, ada kelas-kelas sepantar tingkat sekolah dan diploma di sana. Bukan cuma itu, narapidana di Penjara Halden pun mendapat hak keluarga dalam program 'Daddy In Prison'. Ada ruangan khusus semacam playground yang penuh permainan dan buku-buku, di sana mereka bisa bertemu anak-anak dan keluarganya.
Malah, tersedia kamar untuk bermalam dan narapidana bisa kembali merasakan waktu-waktu spesial bersama keluarga tercinta. Sekali dalam 3 bulan, program tersebut berlangsung.
Sehari-hari, pukul 07.15 para narapidana akan keluar dari kamarnya. Mereka melakukan berbagai aktivitas dan pukul 20.15 akan kembali ke kamar.
Hubungan Sosial yang Baik
Fasilitas yang lengkap bukanlah hal utama di Penjara Halden. Hal utama di sana adalah soal hubungan sosial antara para sipir dan narapidana.
"Pertahanan pertama kami adalah hubungan sosial yang baik antara petugas dan narapidana. Kami lebih dulu mencegah sebelum ada konflik," terang Hoidal.
Kapan terakhir kali ada pertikaian atau kericuhan di dalam penjara?
"Wah kapan ya, sudah lama sekali sepertinya. Begini, petugas di sini sudah dilatih sedemikian baik untuk menjaga hubungan sosial. Kami para petugas melayani dengan hati, menjadi teman mereka, mendengar keluhan mereka dan saling beraktivitas bersama," papar Hoidal.
![]() |
Ya, para sipir (tapi Hoidal lebih senang disebut 'petugas') senang menghabiskan waktu bersama. Entah main game, membersihkan taman dan lain sebagainya. Dari situlah, muncul kepercayaan dan rasa saling menjaga.
"Anda tidak bisa membantu orang lain jika diri Anda tidak dalam kondisi yang baik. Anda harus memiliki kepala yang jernih untuk menjadi petugas di penjara ini. Jika Anda menjadi petugas dengan rasa takut dan cemas, maka Anda tidak dapat membantu siapa pun," papar Hoidal.
Pelatihan menjadi petugas penjara di Norwegia juga tidak sebentar waktunya. Para petugas penjara akan diseleksi di University College dari Norwegian Correctional Service. Seleksinya ketat pun waktu pelatihannya, bisa mencapai dua hingga tiga tahun!
BACA JUGA: Inilah Wujud 'New Asgard' di Dunia Nyata
Para calon petugas akan diberi pelatihan soal bahasa bahasa Inggris (sepertiga narapidana di Norwegia bukanlah orang Norwegia asli), hukum, etika, kriminologi dan ilmu sosial. Pelajaran beladiri memang ada, tapi itu nomor kesekian.
Para petugas akan menerima bayaran yang lebih dari cukup. Sehingga, praktik-praktik suap dan lainnya bakal terhindari (walau sebenarnya tidak ada juga kasus suap dan semacamnya). Bahkan, hampir setengah petugas di penjara-penjara Norwegia adalah wanita.
"Segalak-galaknya pria, mereka akan menghormati atau setidaknya sungkan dengan wanita. Meski banyak petugas wanita, tidak ada pelecehan seksual di sini. Sebab itu tadi, kami membangun hubungan sosial sebagai sistem yang kuat, artinya wanita-wanita di sini pun dihormati," papar Hoidal.
![]() |
Penjara Halden mampu menampung hingga 258 narapidana dengan 190 petugas penjara dan 100 staff karyawan lainnya. Para tahanan di sana kebanyakan kasusnya penyelundupan narkoba dan pembunuhan.
Melalui penjara yang memanusiakan manusia, angka residivisme di Norwegia jauh berkurang. Residivisme sendiri adalah kecenderungan individu atau kelompok untuk mengulangi kesalahan walaupun dia sudah pernah dihukum karena melakukan perbuatan itu.
Angkanya hanya 20 persen dalam setahun, atau rata-rata 25 persen dalam lima tahun terakhir. Jika membandingkan dengan negara lain di Eropa, Inggris misalnya, angkanya 50 persen dalam setahun.
Penjara, sekali lagi bukanlah tempat balas dendam. Bagi Norwegia, penjara adalah tempat orang berubah. Tempat merenung dan bertobat, lalu melanjutkan kehidupan sebagaimana manusia.
"Jika kami memperlakukan narapidana sebagai binatang, artinya nanti kami akan membebaskan binatang ke jalanan. Tapi di sini tidak, kami membebaskan manusia," tutup Hoidal.
(aff/gah)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol