Dilansir CNN, Rabu (28/8/2019), rakit batu apung yang dimaksud seukuran Pulau Manhattan, New York, AS. Nantinya batu apung ini dapat membantu memulihkan karang Great Barrier Reef yang separuhnya telah mati dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari perubahan iklim.
Para ahli mengatakan bahwa jika batu apung berhasil mencapai Great Barrier Reef, itu bisa membantu mengisi kembali beberapa kehidupan laut yang hilang. Rakit batu apung itu diyakini sebagai rumah bagi organisme seperti kepiting dan karang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa hari kemudian, para pelaut Australia yang menuju Vanuatu menemukannya. Batuan vulkanik itu sampai ukuran bola basket.
Awak kapal ROAM, Michael dan Larissa Hoult mengatakan bahwa mereka telah berada di laut selama 10 hari sebelum bertemu dengan bebatuan apung itu. Bahkan, bebatuan itu menutup air yang dilintasinya.
Batu apung mempunyai struktur berlubang dan mengapung seperti gunung es dengan sekitar 90% di bawah air dan 10% di atas air. Batu apung itu diperkirakan akan hanyut sampai ke pesisir Australia selama 7-10 bulan ke depan dan para ilmuwan percaya dampak positif pada mikroorganisme di sana.
![]() |
Scott Bryan, seorang profesor di Queensland University of Technology dengan spesialisasi geologi dan geokimia, mengatakan rakit batu apung saat ini bergerak sekitar 10 hingga 30 kilometer per hari. Kecepatan dan arahnya digerakkan arus permukaan, gelombang dan angin.
Bryan mengatakan peristiwa seperti ini terjadi setiap lima tahun dan melibatkan triliunan batu apung. Pada 2012, penelitian serupa oleh Bryan dan lainnya menemukan bahwa kumpulan batu apung adalah salah satu cara agar laut dapat mendistribusikan kembali beragam kehidupan laut.
Letusan di bulan ini dapat memiliki efek positif yang serupa, kata Bryan, meski juga ada risiko adanya spesies yang invasif ke wilayah tersebut. Ketika batu apung menuju Great Barrier Reef, ada kehidupan laut yang dibawanya dan berpotensi membawa beragam koloni baru.
![]() |
"Setiap potongan batu apung adalah kendaraan untuk sesuatu dan diangkut melintasi lautan. Kami akan memiliki jutaan hingga milyaran individu dari puluhan spesies berbeda yang semuanya tiba secara massal di sepanjang garis pantai kami, semuanya sehat dan berpotensi menemukan rumah baru," kata Bryan.
Bryan mengatakan ada tantangan dalam mengisi karang, karena mereka tidak bisa melompat dan menemukan habitat baru semudah seperti kepiting. Secara umum, kata Bryan, karang perlu mencapai usia reproduksi ketika mereka dapat mulai bertelur dan melepaskan larva di Great Barrier Reef.
Jika karang baru menumpang batu apung maka akhirnya dapat mengisi karang kembali. Saat batu apung tenggelam ke dasar laut, maka tanaman dan hewan dapat terus tumbuh dan tumbuh di lokasi baru ini.
Pada tahun 2016 dan 2017, gelombang panas laut yang disebabkan oleh perubahan iklim mengakibatkan pemutihan massal. Kejadian itu menewaskan sekitar setengah karang di Great Barrier Reef dan banyak lainnya di seluruh dunia.
(msl/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum