Perjuangan Jepang Melawan Pelecehan Seksual di Kereta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perjuangan Jepang Melawan Pelecehan Seksual di Kereta

Afif Farhan - detikTravel
Selasa, 03 Sep 2019 16:50 WIB
Ilustrasi penumpang kereta di Jepang (iStock)
Tokyo - Siapa yang tidak bermimpi liburan ke Jepang? Namun ternyata, Jepang yang punya banyak destinasi indah juga punya sisi kelam berupa pelecehan seksual.

Dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (3/9/2019) pelecehan seksual di transportasi umum merupakan masalah besar di Jepang. Angka pelecehan seksual di Jepang pun cukup tinggi.

Ambil contoh di tahun 2017 lalu. Data dari Kepolisian Tokyo mencatat, terjadi 2.620 kasus pelecehan seksual di transportasi umum dan paling banyak di kereta dan stasiun. Paling banyak, pelecehan seksualnya berupa meraba-raba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan suatu penelitian di Jepang mengenai pelecehan seksual menyebutkan, hanya 10 persen wanita Jepang yang melaporkan pelecehan seksual kepada polisi. Lebih banyak, memilih diam.

(iStock)(iStock)


BACA JUGA: Jepang, Si Negara yang Kurang Tidur

Pemerintah Jepang sebenarnya tidak menutup mata perihal pelecehan seksual di kereta. Sejak 20 tahun lalu, kereta di Jepang punya gerbong kereta khusus wanita.

Belakangan ini, pemerintah Jepang pun menambah banyak imbauan dan tempat-tempat khusus bagi wanita di stasiun-stasiun dan kereta-kereta. Sebut saja tempat khusus untuk menunggu kereta bagi wanita.

Imbauan di dalam kereta berupa sticker diperbanyak. Para wanita juga diminta untuk tidak segan melaporkan kepada petugas keamanan, jika melihat ada orang-orang mencurigakan yang mau melakukan pelecehan seksual.

(iStock)(iStock)


(iStock)(iStock)


Tahun 2016, kepolisian Jepang meluncurkan aplikasi DigiPolice. Lewat aplikasi ini, para korban pelecehan seksual tinggal memencet aplikasinya yang terhubung dengan kepolisian dan para pengguna lain. Sehingga, penumpang yang lain bisa tahu kalau ada pelaku pelecehan seksual di dekatnya.

(iStock)(iStock)


Sebelumnya di tahun 2011, pemerintah Jepang memberlakukan aturan khusus soal kamera ponsel. Kamera ponsel harus berbunyi!

Sebabnya, banyak pula pelaku pelecehan seksual yang memotret wanita diam-diam apalagi bagi wanita yang memakai rok. Oleh sebab itu, segala jenis ponsel tidak boleh mematikan suara kamera ponsel alias tidak bisa di-silent. Hal tersebut pun dilakukan oleh berbagai pabrikan ponsel bahkan dari luar negeri, seperti Samsung dan Apple.

Berbagai inovator di Jepang pun mengeluarkan berbagai peralatan anti pelecehan seksual. Sebut saja stempel tak kasat mata, sampai aplikasi Chikan Radar. Aplikasi tersebut bagaikan suatu peta yang menampilkan lokasi-lokasi rawan pelecehan seksual dan kapan waktu-waktu mereka beraksi.

BACA JUGA: Stempel Tak Kasat Mata untuk Lawan Pelecehan Seksual Laku Keras di Jepang

Namun hingga kini, pelecehan seksual masih jadi musuh terbesar di Jepang. Pemerintah Jepang terus menekan angka pelecehan seksual, seperti denda besar diberlakukan.

Bagi pelaku pelecehan seksual, siap-siap dikenai denda maksimal 500 ribu Yen atau setara Rp 60 jutaan. Ditambah, hukuman penjara maksimal sampai 10 tahun.

(iStock)(iStock)


Namun hal-hal itu semua dirasa belum cukup cukup. Hingga kini, Jepang terus berjuang melawan pelecehan seksual di transportasi umum.





(aff/aff)

Hide Ads