Beberapa kasus yang melibatkan ular dan manusia beberapa waktu lalu menghebohkan Indonesia. Sebut saja seorang brimob yang tewas digigit death adder di Papua, satpam Tangerang digigit ular weling, wanita di Sulawesi Utara dililit ular, dan masih banyak lagi.
Juga baru-baru ini, beredar foto yang ramai disebut-sebut sebagai sosok ular raksasa, atau Raja Piton, korban kebakaran hutan di Kalimantan. Secara spesifik, ini merupakan ular sanca kembang (Reticulated python/Python reticulatus) yang panjangnya bisa mencapai 11 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di dunia terdapat lebih dari 2000 spesies ular dan Indonesia memiliki setengahnya. Bayangkan, terdapat lebih dari seribu spesies ular dimiliki Indonesia," ungkap Panji kepada detikcom, Kamis (19/9/2019).
![]() |
Disebutkan bahwa ular yang paling mematikan di dunia adalah Taipan Australia. Nah, ternyata Indonesia juga memilki ular Taipan yang mematikan ini.
"Taipan tidak hanya ada di Australia, di Indonesia juga ada Taipan dari Papua. Begitu juga ular death adder yang orang tahunya dari Australia. Namun juga ada death adder dari Ambon dan Papua," tambahnya.
(Halaman selanjutnya: Ular Ratusan Juta)
Ular Ratusan Juta
Foto: Dok. Mark Kostich/iStock
|
"Perlu kita ketahui, ular dengan warna eksotis dan sisik indah yang disukai kolektor dunia adalah rata-rata berasal dari Indonesia. Harganya saja di sana bisa mencapai ratusan juta per ekor. Sedangkan di Indonesia sering kali dibunuh dan dikaitkan dengan mitos ular siluman. Padahal itu hanyalah ular yang mengalami kelainan genetik," lanjut Panji.
![]() |
Indonesia juga menjadi rumah bagi ular yang masuk jajaran terpanjang di dunia, yaitu sanca kembang atau Reticulated python/Python reticulatus, yang dalam kebakaran hutan di Kalimantan turut menjadi korban.
"Sanca kembang adalah ular piton terpanjang di dunia dan Indonesia adalah salah satu habitat terbesar ular ini. Ular sanca bisa berkembang hingga panjang meksimal 11 meter. Ular piton ini bisa kamu temukan di Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Sulawesi," kata Panji.
Kurangnya pengetahuan akan ular sering kali membuat kita beranggapan bahwa semua ular berbahaya. Padahal menurut Panji dari lebih 2.900 spesies ular yang ada di dunia hanya 375 spesies di antaranya yang berbisa.
"Dari lebih 2.000 an spesies ular, hanya 20 persen saja yang ular berbisa. Selebihnya itu ular-ular pembasmi hama yang tidak berbahaya. Dan ular-ular besar yang ada di hutan, seperti yang ditemukan terbakar di Kalimantan Tengah itu adalah pembasmi hama seperti babi hutan," tambahnya.
(Halaman selanjutnya: Bagaimana Membedakan Ular Berbisa atau Tidak?)
Bagaimana Membedakan Ular Berbisa atau Tidak?
Ular koleksi Panji Petualangan (Foto: Panji Petualang/Istimewa)
|
"Secara naluri, ular takut dengan manusia. Jika pun kita bertemu dengan ular dan jaraknya hanya 2 meter, ular tidak akan langsung menyerang, karena ular bukanlah harimau atau buaya yang punya naluri menyerang. Makanya kalau bertemu dengan ular jangan panik atau takut, karena ular bisa merasakan takut," kata Panji.
Bagaimana cara kita bisa membedakan ular berbisa atau tidak? Panji menuturkan, pada dasarnya hal itu tidak bisa dilihat dari segi fisik semata seperti warna, bentuk sisik, dan panjangnya saja.
"Dan caranya bisa mengetahuinya adalah mengetahui spesies-spesies ular ini. Namun jika dilihat secara fisiknya saja tidak bisa. Contohnya ular berwarna cerah seringkali dianggap berbisa, padahal banyak juga ular berwarna hijau dan cerah yang tidak berbisa," lanjutnya.
![]() |
Ada sejumlah kasus ular merambah ke pemukiman warga, padahal Panji sebelumnya mengatakan ular secara naluri takut dengan manusia. Nah, kecenderunagn ini rupanya tak lepas dari urusan perut.
"Pada dasarnya ular hidup bersembunyi, apalagi ular dengan berukuran besar. Jadi metode berburu mereka sembunyi, mengintai dan baru bergerak. Serta keampuan ular makan atau porsinya sangat besar, karena itulah dia mampu mengontrol hama seperti babi hutan dan kera,"
"Ular adalah hewan yang rakus. Sanca sepanjang 8 meter saja bisa makan 3 ekor babi hutan selama seminggu. Atau puluhan hewan berukuran kecil seperti kera ataupun burung. Nah jika stok makannya di hutan habis ataupun hilang, makanya dia mencari hinga memakan ternak warga dan masuk ke pemukiamn mencari makan. Ya dasarnya ular adalah hewan yang rakus," tutup Panji.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan