Berada di garis depan Indonesia, Miangas berdiri tangguh sebagai pulau mandiri. Dengan luasan 3,2 kilometer persegi, pulau ini punya lebih banyak pohon kelapa dari manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, Miangas menggantungkan kehidupannya pada kapal perintis yang datang. Semua kebutuhan pokok diangkut dari ke pulau ini lewat kapal perintis.
![]() |
Beras, sayur, daging, sampai gas, mereka titipkan ke kapal perintis. Semua dipasok sebanyak-banyaknya untuk persiapan cuaca ekstrem.
Berada jauh terpisah dari Indonesia, Miangas di kelilingi oleh lautan lepas. Gulungan gelombang besar dan angin kencang menjadi sahabat bagi kapal.
Tak jarang, kapal-kapal perintis yang harusnya datang dua kali seminggu pun tak terlihat. Untuk menunggu laut teduh, kapal perintis biasanya bermalam di Pulau Kratung terlebih dahulu.
"Kapal seringkali bermalam di Kratung karena adanya ombak besar menuju Miangas," ujar Yan Piter Lupa, Kepala Desa Miangas.
![]() |
Begitu tiba di pelabuhan Miangas, suara klakson kapal akan menggema ke seluruh pulau. Masyarakat bergegas keluar rumah untuk menyambut kapal.
Raut waswas yang cemas menanti bahan makanan akan berganti senyum dan sukacita. Masyarakat menanti dengan sabar di pinggir dermaga.
Simak video "Kapal Tol Laut yang Selalu Dirindukan Warga Miangas"
Motor sampai gerobak mendekat ke dermaga untuk membawa bahan-bahan pangan dari atas kapal. Kebanyakan kebutuhan pokok sudah dititipkan kepada awak kapal dari kerabat di Melonguane.
Jasa titip ini juga butuh biaya, belum lagi kuli angkutnya. Banyak juga dari warga Miangas yang belanja sendiri ke Melonguane dan mengangkutnya ke kapal.
"Kita membeli bahan pokok dari kapal. Kadang sudah kita siapkan buat diri sendiri seperti minyak tanah, tapi karena tetangga minta jadi kita jual lagi," ungkap Bunda Beta, salah seorang warga Miangas.
![]() |
Karena jarangnya kapal, harga kebutuhan pun melonjak tinggi. Untuk satu tabung gas 3 kg saja akan dikenakan harga Rp 100.000.
Setiap minggunya, masyarakat Miangas juga harus siap dengan kapal yang tertunda. Terjebak dengan cuaca ganas, kapal bisa tidak sandar sampai 2 minggu. Yang terparah, sampai sebulan.
Jika sudah begini, masyarakat akan kembali ke alam. Tak ada beras, Miangas punya umbi-umbian mirip talas bernama laluga.
Untuk masak, penduduk pulau akan menggunakan bara dari batok kelapa. Sayur gedi yang tumbuh subuh jadi lauk pelengkap laluga.
![]() |
Inilah kenyataan yang terus dihadapi oleh Miangas. Meski hanya sekitar 2 jam, kunjungan dari kapal perintis bagai oase di tengah gurun. Kebutuhan pokok kembali terpenuhi, tinggal menunggu kunjungan seminggu lagi.
Tranksaksi di pulau ini sudah cukup membaik dengan adanya Bank BRI. Sebelum tahun 2016, masyarakat Miangas bahkan menitipkan uang tunai lewat kapal. Resiko kehilangan menjadi hal yang dikesampingkan karena tak ada ada bank.
detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol