Menyebut nama Blok M bisa jadi membangkitkan kenangan buat kalangan tertentu. Khususnya generasi yang besar di tahun 80-an, saat lagu Jalan-jalan Sore karya Denny Malik tengah naik daun.
Sempat mengalami pasang surut, kawasan Blok M atau yang dahulu dikenal dengan Kebayoran itu memang lekat sebagai lokai "ngeceng" anak gaul zaman itu. Tentunya sebelum banyak mal besar bermekaran di bilangan Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga dituturkan oleh Chanda dari Jakarta Good Guide saat dihubungi terpisah oleh detikcom, Selasa (1/10/2019). Popularitas Blok M kala itu tak kalah dengan kawasan Cikini yang lebih dulu ada.
"Blok M mulai ngehits tahun 80-an. Dulu tempat nongkrong anak muda di Cikini zaman 50-60, habis itu baru pindah ke daerah Blok M tahun 80-an. Ya itu lah si Deni Malik itu ada lagunya Jalan-jalan sore," ujar Chanda.
![]() |
Sejarahnya, kawasan Blok M dibangun oleh pihak Belanda sebagai kawasan satelit dari Weltevreden (Gambir dan sekitarnya) yang telah sesak penduduk. Meniru konsep kota taman yang lebih dulu ada di Menteng, kawasan Kebayoran dibagi menjadi blok-blok berbeda dengan taman kecil.
"Blok M itu dulu namanya Kebayoran, dulu dibangun Belanda tahun 47 atau 46 dibikin blok gitu. Kayak taman kota di Menteng, tiap blok punya taman. Dulu yang ngehubungin Blok M sama Weltevreden bukan Jalan Sudirman tapi jalan depannya Plaza Senayan Jalan Asia Afrika," ujar Chanda.
Dikhususkan sebagai blok komersil, Blok M dihiasi oleh sejumlah tempat ikonik seperti Aldiron Plaza (Kini BLok M Square) yang merupakan mal pertama di Jakarta, Plaza BLok M, hingga Melawai PLaza.
![]() |
Pada masanya, muda-mudi saat itu kerap menghabiskan waktu dengan ngeceng di kawasan Blok M. Aktifitasnya pun bervariasi, dari main bowling bareng di Aldiron Plaza atau sekedar nongkrong di gerai franchise Ah American Burger mendengar musik di Aquarius.
Secara lokasi, Blok M juga berdekatan dengan SMU Negeri 70 hingga 6 yang eksis di masanya. Tak jauh dari GOR Bulungan juga ada spot Warung Apresiasi atau disingkat Wapres yang jadi ajang muda-mudi unjuk kebolehan di bidang musik.
Hanya seiring dengan lahirnya sejumlah pusat perbelanjaan di bilangan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, perlahan popularitas Blok M mulai redup.
"Mulai matinya kayaknya mulai banyak mal, karena gue inget banget tahun 2000-an masih lumayan. Tapi begitu Cikini sepi, Blok M juga," ujar Chanda.
![]() |
Namun, hadirnya MRT Jakarta yang diresmikan tahun lalu seakan membawa nafas segar bagi kawasan Blok M. Stasiun MRT Blok M yang berlokasi tepat di samping Terminal Blok M seakan membawa kembali wisatawan untuk bernostalgia.
Chanda sendiri mengaku, ia kerap membawa wisatawan untuk bernostalgia di kawasan Blok M lewat Jakarta Good Guide. Di luar generasi yang besar di tahun 80-an, kalangan milenial yang ikut tournya juga disebut cukup antusias.
"Sebulan sekali atau dua bulan sekali, karena masuknya rute puteran tiap minggu kita ganti-ganti. Bagus responnya. Mungkin karena kita bikinnya gak sering, jadi begitu ada waktunya orang langsung," terang Chanda.
Perlahan, pemerintah dan pihak Pemprov DKI Jakarta memang tengah membangkitkan kembali kawasan Blok M. Yang terbaru, telah hadir M Bloc Space dekat Terminal Blok M yang merupakan kolaborasi dari Perum Peruri dan PT Ruang Milenial.
Diresmikan 26 September 2019 lalu, M BLoc Space yang dahulu merupakan eks rumah dinas Peruri diharap dapat menjadi ruang publik baru di kawasan Blok M. Ikuti terus ulasannya di detikTravel.
(rdy/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!