Masyarakat Indonesia mengenal batik tulis Lasem atas warna merahnya yang berani serta motifnya yang cukup kompleks di banding motif batik lainnya di Jawa Tengah. Hal itu pun didasari oleh sejarah panjang hasil akulturasi dari budaya China dengan masyarakat setempat di Lasem.
Hal itu pun menjadikan Lasem sebagai kota tua yang sarat budaya. Mungkin setara dengan Luang Prabang di Laos atau Chiang Rai di Thailand. Memaknai Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu (2/10/2019), detikTravel pun mewawancarai Fransiska Anggraini dari akun Instagram @awesomelasem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Baru akan akhir bulan. AKu bikin trip dalam 2 jam sold out. Jadi itu shopping trip aku cuma ke tiga tempat batik, tiga hari dua malam, tiap hari aku ke tempat batik gak banyak-banyak. Aku bikin balance alam, sejarah dan kuliner," ujar Chika.
Perdana membuka trip ke Lasem akhir bulan Oktober ini (25-27 Oktober 2019), antusiasme wisatawan ternyata cukup tinggi. Dalam trip tersebut, Chika pun ingin mengenalkan tamunya pada karya batik tulis Lasem yang diteruskan oleh generasi muda.
"Aku ke tiga tempat batik yang dijalankan oleh anak muda. Anak milenial kelahiran tahun 90, mereka udah meneruskan usaha keluarga untuk batik. Juga ada mbak-mbak usia 30an tadinya kerja kantoran berhenti lalu pulang ke lasem karena urus ibunya dan itu terus ketemu sama orang pembatk yang perusahaanya bangkrut. Jadi dia mempekerjakan seluruh orang yang pabriknya tutup, cerita Chika.
![]() |
"Lalu ke tempat spesialis batik lawasan terutama batik-batik Tiga Negeri Solo yang dulu diwarnainnya di Lasem. Karena Lasem aku rasa airnya paling baik bereaksi dengan warna merah karena itu signaturenya Lasem adalah warna merah," ujar Chika.
Lebih lanjut, Chika mematok tarif Rp 2,5 juta untuk trip wisata ke Lasem selama tiga hari dua malam. Agar trip lebih maksimal, Chika pun membatasi peserta jadi tim kecil. Rencananya akan jadi trip rutin.
"Kayaknya akan jadi rutin gitu ya. Aku gak mau maksain kayak nambah kuota orang. Kalau makin gede makin gak nyaman, 12 orang sama aku, guide 14. Kalau Lasem itu juga berhubungan dengan sejarahnya," jelas Chika.
Bicara Lasem memang tak melulu tentang batik tulisnya yang legendaris, tapi juga kisah Laksamana Cheng Ho hingga sejumlah bangunan tua yang menghiasinya. Mari kita jaga batik tulis Lasem dan lainnya di tanah aie agar tetap lestari.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!