Kendala Tim Arkeolog yang Temukan Jejak Manusia Purba di Ponorogo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kendala Tim Arkeolog yang Temukan Jejak Manusia Purba di Ponorogo

Charolin Pebrianti - detikTravel
Selasa, 08 Okt 2019 16:15 WIB
Tim Puslit Arkenas saat melakukan penelitian (Charolin Pebrianti/detikcom)
Ponorogo - Jejak manusia purba ditemukan di Gua Lawa di Desa/Kecamatan Sampung. Gua ini sendiri sempat beberapa kali diteliti; pada tahun 1999-2001 dan sebelum ini pada tahun 2008 silam.

Baru selang 11 tahun kemudian, Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) kembali melakukan penelitian. Apa kendalanya? "Kendala utama waktu yang terbatas, padahal penelitian seperti ini butuh waktu yang lama," tutur salah satu peneliti Djatmiko, Selasa (8/10/2019).

Ini Kesulitan Tim Arkeolog Saat Meneliti Gua Lawa SampungFoto: (Charolin Pebrianti/detikcom)

Kesulitan lain, lanjut Djatmiko, anggaran yang terbatas membuat para peneliti harus ekstra hati-hati tapi juga bergerak cepat. Ahli geologi dan ahli paleontologi pun minim di Indonesia, sehingga temuan sulit diidentifikasi dengan cepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apalagi temuan, tulang dan batu ini terkena sedimen butuh bahan-bahan kimia untuk membersihkan, kemarin saja saya nyari HCl dan cuka sampai ke Solo saja tidak ada, akhirnya saya bawa ke Jakarta saja untuk diidentifikasi," kata dia.




Meski mengalami kesulitan, tim yang beranggotakan 13 personel tersebut telah menemukan berbagai peralatan dari tulang yang diperkirakan ada sejak jaman manusia prasejarah dari Ras Austrimelanesoid yang menghuni gua Lawa.

"Kami senang bisa menemukan tulang dan batu yang serupa, yang sebelumnya sudah dibawa oleh dua peneliti asal Belanda J.C van Es dan van Stein Callenfels," terangnya.

Ini Kesulitan Tim Arkeolog Saat Meneliti Gua Lawa SampungFoto: Charolin Pebrianti/detikcom

Mereka menemukan peninggalan dua budaya di situs Gua Lawa, yakni budaya serpih bilah dan budaya industri tulang. Ada alat tulang yang ujungnya dilancipkan dari tulang hewan kerbau hutan kemudian tanduk rusa yang ujungnya dipipih untuk sodet.

"Alat itu yang sebelumnya dibawa ke Belanda, kita temukan lagi disini, jadi kita punya dokumentasi sendiri," imbuh dia.

Tim Puslit Arkenas melakukan penelitian selama 18 hari sejak Sabtu (28/9) hingga Selasa (15/10) mendatang.




(krs/krs)

Hide Ads