Baru selang 11 tahun kemudian, Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) kembali melakukan penelitian. Apa kendalanya? "Kendala utama waktu yang terbatas, padahal penelitian seperti ini butuh waktu yang lama," tutur salah satu peneliti Djatmiko, Selasa (8/10/2019).
![]() |
Kesulitan lain, lanjut Djatmiko, anggaran yang terbatas membuat para peneliti harus ekstra hati-hati tapi juga bergerak cepat. Ahli geologi dan ahli paleontologi pun minim di Indonesia, sehingga temuan sulit diidentifikasi dengan cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski mengalami kesulitan, tim yang beranggotakan 13 personel tersebut telah menemukan berbagai peralatan dari tulang yang diperkirakan ada sejak jaman manusia prasejarah dari Ras Austrimelanesoid yang menghuni gua Lawa.
"Kami senang bisa menemukan tulang dan batu yang serupa, yang sebelumnya sudah dibawa oleh dua peneliti asal Belanda J.C van Es dan van Stein Callenfels," terangnya.
![]() |
Mereka menemukan peninggalan dua budaya di situs Gua Lawa, yakni budaya serpih bilah dan budaya industri tulang. Ada alat tulang yang ujungnya dilancipkan dari tulang hewan kerbau hutan kemudian tanduk rusa yang ujungnya dipipih untuk sodet.
"Alat itu yang sebelumnya dibawa ke Belanda, kita temukan lagi disini, jadi kita punya dokumentasi sendiri," imbuh dia.
Tim Puslit Arkenas melakukan penelitian selama 18 hari sejak Sabtu (28/9) hingga Selasa (15/10) mendatang.
(krs/krs)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan