Tantangan itu sendiri dapat dikatakan sebagai pekerjaan rumah (PR) yang telah menunggu siapapun yang bakal menempati posisi menteri di sektor pariwisata. Itu karena hal tersebut dilontarkan oleh Arief Yahya, Menteri Pariwisata 2014-2019.
Arief Yahya menuturkan dua tantangan itu ketika meluncurkan National Calendar of Events 2020 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, pada pertengahan bulan ini. Menurut Arief Yahya, tantangan pertama adalah mengenai bencana, baik bencana alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial. Dikatakannya, bencana alam dapat dimitigasi tetapi bencana non alam dan sosial justru harus dihindari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contohnya polemik Pulau Komodo itu tidak perlu terjadi. Itu impact-nya sangat besar. Ketika itu terjadi separuh turis dari China hilang," kata Arief saat itu.
Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh menteri pariwisata pada periode kedua Presiden RI Joko Widodo adalah alokasi anggaran yang tidak sesuai dengan target yang harus dicapai Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Arief mencontohkan, untuk mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020, pertumbuhan wisman harus mencapai 20 persen per tahun.
"Untuk bisa mendapatkan satu wisman, kita perlu dana minimal US$ 20 tetapi kita hanya dialokasikan US$ 6 (yaitu) 30 persen dari anggaran yang ideal," tuturnya.
Baca juga: Wishnutama Akan Jadi Menteri Pariwisata? |
Wishnutama juga sempat mengungkap bahwa pada posisi yang akan ditempatinya nanti, yang mana diduga sebagai kursi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, salah satu misi yang akan diembannya dari Jokowi adalah meningkatkan devisa.
Sehubungan dengan itu, Arief Yahya juga sempat mengklaim bahwa Kemenpar telah berhasil meningkatkan average spending per arrival (ASPA) yaitu spending atau belanja selama berwisata. "Jadi target wisman tidak tercapai tetapi devisanya tercapai," ujar Arief.
Sebelumnya pada 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisman mencapai 15,8 juta. Sedangkan untuk ASPA mencapai US$ 1.220 dengan devisa menembus US$ 19,29 miliar.
Presiden Jokowi sebelumnya juga sudah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu fokus dalam periode keduanya. Secara khusus, ia menekankan pembangunan infrastruktur yang akan terus dilanjutkan.
"Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat," tegas Jokowi.
Menurutnya, dalam penggalan pidato tersebut, pembangunan infrastruktur menjadi hal penting dalam pariwisata karena pembangunan infrastruktur yang baik akan membuat akses ke kawasan wisata menjadi lebih mudah.
(krs/rdy)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan