Salah satunya adalah Museum Prabu Geusan Ulun. Mengunjungi museum yang lokasinya berada di samping Gedung Negara, Pemkab Sumedang ini bagaikan menelusuri potret sejarah Kabupaten Sumedang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Museum ini sarat akan peninggalan sejarah Kerajaan Sumedang (Mukhlis Dinillah/detikcom) |
"Semua gedungnya juga peninggalan sejarah, ada yang sudah ada sejak 1706 (Gedung Sri Meganti), Bumi Kaler (1850). Masih asli belum banyak perubahan," kata pengelola museum Dewi Yupiadi kepada detikcom, Kamis (24/10/2019).
Dalam museum ini terdapat empat koleksi kereta kencana yang pernah menjadi kendaraan Kerajaan Sumedang Larang. Di antaranya kereta kencana Naga Paksi.
Kereta Kencana Naga Paksi yang bersejarah (Mukhlis Dinillah/detikcom) |
"Gamelan Sari Oneng Parakansalak yang dibuat 1825 ini pernah tampil dalam pembukaan Menara Eiffel, Paris," ungkap dia.
Sudut lainnya yaitu peninggalan benda-benda pusaka di Gedung Gendeng seperti Makuta Binokasih, keris, pedang dan senjata pada kerajaan Sumedang Larang. Setiap tahunnya benda pusaka ini dicuci pada bulan Mulud atau Maulid Nabi.
"Makuta Binokasih ini Mahkota Kerajaan Pajajaran yang diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun oleh para Kandaga Lante Kerajaan Pajajaran sebagai legitimasi untuk meneruskan tirah Siliwangi," jelas dia.
Ada juga aneka koleksi gamelan (Mukhlis Dinillah/detikcom) |
Museum Prabu Geusan Ulun ini dibuka untuk umum hari Selasa - Kamis dan Sabtu - Minggu mulai pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB. Setiap hari Senin dan Jumat tidak beroperasi.
"Tarifnya untuk anak-anak Rp 3 ribu, dewasa Rp 5 ribu dan turis asing Rp 20 ribu. Setiap harinya rata-rata kunjungannya 100 orang. Anak-anak sekolah banyak sebagai sarana edukasi juga," ujar Dewi.
(rdy/krs)












































Museum ini sarat akan peninggalan sejarah Kerajaan Sumedang (Mukhlis Dinillah/detikcom)
Kereta Kencana Naga Paksi yang bersejarah (Mukhlis Dinillah/detikcom)
Ada juga aneka koleksi gamelan (Mukhlis Dinillah/detikcom)
Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Drama Menjelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo