Baru-baru ini sempat ramai kabar adanya wacana dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sempat merencanakan anggaran Rp 5 miliar untuk membiayai lima influencer. Tujuannya untuk mempromosikan pariwisata di Jakarta. Anggaran itu kini dinyatakan sudah dihapus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihimpun detikcom dari berbagai sumber, Senin (28/10/2019), diketahui kalau profesi travel influencer kian marak seiring dengan popularitas sejumlah media sosial seperi Instagram dan Youtube. Adapun, media sosial Instagram lebih menjadi 'ladang' utama dari travel influencer.
![]() |
Travel influencer pun tak ada ubahnya dengan social media influencer yang merujuk pada orang-orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan suatu produk. Dalam bahasa Inggris, Influence sendiri memiliki arti mempengaruhi.
Hanya sesuai namanya, travel influencer merupakan sejumlah orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan kegiatan travel yang merupakan bagian dari industri pariwisata. Pelakunya pun bisa datang dari latar belakang apa pun, dari orang biasa hingga orang yang telah memiliki nama besar.
Media asing Guardian pun menyebut mereka sebagai 'bintang baru promosi berbasis internet.' Sedangkan media Forbes menyebut mereka sebagai kekuatan ekonomi baru. Mungkin tidak berlebihan, karena profesi tersebut juga mendatangkan uang dalam jumlah yang tak sedikit.
Kekuatan para travel influencer pun berasal dari jumlah pengikut atau yang disebut sebagai follower di akun media sosial mereka. Menurut situs Marketing Insider, di US seorang influencer populer dengan 100 ribu pengikut dapat menghasilkan uang sekitar USD 5.000 untuk sebuah publikasi online di media sosial mereka atau setara dengan Rp 70 juta.
![]() |
Bloomberg pun menyebut, satu dari tiga anak di Inggris yang berumur antara 6 hingga 17 tahun bahkan bercita-cita jadi Youtuber. Jumlahnya tiga kali lebih banyak dari anak-anak yang berkeinginan jadi Dokter atau perawat.
Kembali ke profesi travel influencer. Mengandalkan konten berupa foto-foto atau video cantik saat sedang liburan, mereka menarik ribuan hingga jutaan mata (viewer) di media sosial mereka. Semakin banyak jumlah pengikutnya, semakin tinggi pula eksposur mereka.
Kelebihan yang mereka miliki itu pun kerap membuat brand, tourism board, hotel, restoran hingga institusi sekelas negara rela membayar mahal mereka untuk mempromosikan keindahan atau budaya masing-masing. Dalam kasus Pemprov DKI Jakarta, mereka menganggarkan Rp 5 miliar untuk 5 influencer yang berarti masing-masing dibayar Rp 1 miliar.
Jumlah itu mungkin bukan harga yang terlalu luar biasa untuk membayar seorang travel influencer untuk mempromosikan keindahan Indonesia. Jumlah pengikut yang mencapai jutaan di seluruh dunia tentu akan mengundang jutaan mata untuk melihat keindahan destinasi yang mereka promosikan.
![]() |
Umumnya, tiap travel influencer mematok tarif berbeda untuk sebuah unggahan, konten video di Youtube, IG Stories masing-masing. Tentunya biaya 'pasang iklan' di media sosial mereka belum termasuk dengan biaya akomodasi dan makan mereka saat sedang membuat konten di destinasi yang didatangi.
Singkat kata, profesi travel influencer sudah layak dikategorikan sebagai sebuah pekerjaan profesional dengan hasil akhir berupa konten travel atau jalan-jalan. Semua orang yang memiliki media sosial tentu dapat jalan-jalan dan mengabadikan keindahan sebuah destinasi yang didatanginya di media sosial masing-masing.
Hanya, dibayar atau tidaknya kembali lagi ke jumlah pengikut. Kalau pengikut kamu cukup banyak maka peluang dibayar, atau istilahnya 'di-endorsed', pun ikut jadi lebih besar. Walaupun pada faktanya proses menjadi travel influencer, apalagi yang dibayar mahal, tak semulus aspal jalan tol.
(rdy/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!