Istimewanya, bukan cuma perangkat desa yang membangun desa wisata ini, melainkan juga para pemuda.
"Kita punya latar belakang ingin menjaga kelestarian lingkungan. Kita punya misi pemberdayaan masyarakat. Dengan dibukanya usaha begini masyarakat diberdayakan untuk bekerja di sini dan mengurangi pengangguran dan bisa bekerja di sini untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sini," jelas pengelola wisata Dian Wakat, Nickson Meturan, kepada detikcom beberapa waktu lalu.
![]() |
Hasilnya memang lumayan, di awal pembukaan saja, masyarakat yang datang membeludak. Apalagi tempat wisata ini penuh dengan spot instagrammable. Di antara rimbunnya pohon bakau, dibangun jembatan berwarna warni, masuk ke dalam ada kafe serta aula yang cukup untuk tempat berkumpul. Tak kalah menarik dan paling digemari adalah rumah pohon bertuliskan U Fangnan O atau artinya aku sayang kamu.
"Selesai peresmian satu bulan berjalan rata-rata bisa 500-an orang per hari apalagi kalau hari Minggu lebih ramai. Dengan tiket masuk 5.000, total pendapatan per bulan bisa mencapai Rp 18 jutaan," sambung Nickson.
Baca juga: Apa Benar Asal Muasal Suku Kei dari Bali? |
Kendati demikian, kini ada penurunan pengunjung. Dia bersama pemuda lain pun tahu harus terus berinovasi agar masyarakat tetap sayang hutan bakau ini.
"Mungkin ke depan ada bangun beberapa tempat kita mau punya pelabuhan di depan. Tujuannya agar tamu yang mau ke Ngurtavur bisa masuk lewat sini. Sambil menunggu armada, mereka bisa dengar musik di sini kalau di tempat lain kan dermaganya saja. Jadi ke depan mau sukseskan itu agar menunjang kita punya eksistensi di sini," tutupnya.
![]() |
Sementara Sekertaris Ohoi atau Desa Dian Darat, Neles Kerubun, mengatakan pembangunan wisata ini sepenuhnya dari dana desa. "Dana desa untuk pembangunan ini pada 2018 sebesar Rp 326 juta dan total keseluruhan Rp 1,1 M," jelas Neles.
Berkat suksesnya pengaplikasian dana desa, kini BumDes atau BumO semakin besar pendapatannya yang ujungnya mensejahterakan masyarakat. "Kami di desa Dian Darat awalnya nggak punya pendapatan desa namun setelah beroperasi 3 bulan kami dari desa punya PAD," sambungnya.
Dia berharap kerja sama dengan pemuda desa terus berlanjut agar income desa terus bertahan. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.
(mul/mpr)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!