Tradisi Mencuci Piring Pusaka ala Keraton Kasepuhan Cirebon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Mencuci Piring Pusaka ala Keraton Kasepuhan Cirebon

Sudirman Wamad - detikTravel
Senin, 04 Nov 2019 18:45 WIB
Tradisi mencuci piring pusaka Keraton Cirebon (Sudirman Wamad/detikcom)
Cirebon - Setiap tahun, Keraton Kasepuhan Cirebon melakukan ritual siraman panjang. Ritual ini berupa pencucian piring pusaka peninggalan Wali Songo buat perayaan maulid nabi.

Pencucian piring pusaka dilakukan di ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebelum piring pusaka itu dicuci, keluarga keraton dan abdi dalem Keraton Kasepuhan melanuntan selawat dan membaca doa. Kemudian, piring pusaka, seperti sembilan piring besar, 40 piring kecil, dua guci dan dua gelas dicuci.

Usai ritual siraman panjang, masyarakat dari berbagai daerah yang menyaksikan ritual tersebut langsung menyerbu air, yang digunakan untuk mencuci piring pusaka. Mereka saling dorong berebut air. Ada juga yang langsung mandi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan ritual siraman panjang merupakan tradisi tahunan yang dilakukan setiap tanggal 5 rabiulawal menjelang hari kelahiran nabi, atau perayaan mualid nabi pada Sabtu (9/10/2019) nanti.

"Setahun sekali. Piring-piring yang dicuci ini digunakan untuk peringatan maulid nabi atau panjang jimat nanti," kata Arief kepada awak media di Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (4/10/2019).

Ini Tradisi Mencuci Piring Pusaka Keraton Kasepuhan CirebonFoto: Sudirman Wamad/detikcom

Pada tahun ini, lanjut Arief, ada yang berbeda saat prosesi ritual siraman panjang. "Kalau tahun dal dan wawu itu sembilan piring tabsi (besar) ikut dicuci, nah tahun ini sembilan piring itu dicuci. Tahun kemarin hanya tujuh piring tabsi," kata Arief.

Lebih lanjut, Arief mengatakan prosesi ritual siraman panjang merefleksikan kondisi yang suci saat merayakan maulid. "Jadi setiap orang yang ingin beribadah dan melaksanakan sesuatu itu harus bersuci dulu. Mengawali peringatan nabi, kita harus bersuci dulu," ucap Arief.




Saat ditanya mengenai animo masyarakat yang rela saling dorong berebut air pencucian siraman panjang, Arief mengatakan masyarakat meyakini air bekas pencucian piring pusaka itu memiliki berkah.

Sebab, sebelum ritual para keluarga keraton dan abdi dalem melantunkan selawat dan doa. Selain itu, piring-piring pusaka tersebut memiliki ukiran kaligrafi.

"Air ini sebagai perantaranya. Mereka meyakini bahwa air tersebut bisa membawa berkah. Piring ini usianya sekitar 700 tahunan. Peninggalan Wali Songo. Jadi, ini termasuk hasanah kebudayaan yang harus kita lestarikan," kata Arief.

Ini Tradisi Mencuci Piring Pusaka Keraton Kasepuhan CirebonFoto: Sudirman Wamad/detikcom



(wsw/wsw)

Hide Ads