Ini Cara Keraton Kanoman Cirebon Maknai Maulid Nabi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Cara Keraton Kanoman Cirebon Maknai Maulid Nabi

Sudirman Wamad - detikTravel
Kamis, 07 Nov 2019 14:21 WIB
Ritual pencucian gong sekaten jelang perayaan Maulid Nabi di Cirebon (Sudirman Wamad/detikcom)
Cirebon - Keraton Kanoman Cirebon melaksanakan ritual pencucian gong sekaten jelang perayaan Maulid Nabi. Prosesi ritual dilakukan di langgar Keraton Kanoman Cirebon.

Proses pengeluaran gong sekaten, seperangkat gamelan yang dikeramatkan dari Bangsal Pejimatan Keraton Kanoman Cirebon mengawali prosesi ritual. Rombongan abdi dalem membawa gong sekaten menuju langgar. Satu per satu gong keramat itu dicuci dengan air kembang.

Proses pencucian diawali dengan penyiraman air kembang ke empat gong besar oleh keluarga keraton, kemudian diikuti dengan perangkat gemelan lain. Usai disiram menggunakan air kembang, seperangkat gamelan sekaten digosok menggunakan serabut kepala dan abu batu bata. Tujuannya agar gong tetap bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini Cara Keraton Kanoman Cirebon Maknai Maulid Nabi(Sudirman Wamad/detikcom)

Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, tradisi pencucian gong sekaten merupakan ritual tahunan yang dilakukan setiap tanggal 7 rabiulawal atau menjelang perayaan kelahiran nabi.

"Sebelum gamelan ini dibunyikan dicuci terlebih dahulu. Bada Isya nanti gamelan dibunyikan hingga rangkaian maulid selesai," kata Arimbi kepada awak media di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (6/10/2019) kemarin.

Lebih lanjut, Arimbi mengatakan kemunculan gamelan pusaka tersebut menjadi penanda bakal dilaksanakannya perayaan Maulid Nabi atau yang biasa disebut malam Pelal Panjang Jimat.

"Nayaga akan memainkan gong sekaten ini di Bangsal Sekaten dengan diiringi selawat dan sahadat," kata Arimbi.

Ini Cara Keraton Kanoman Cirebon Maknai Maulid Nabi(Sudirman Wamad/detikcom)
Arim menerangkan tentang sejarah gamelan sekaten. "Gemalan sekaten ini hadiah yang diberikan oleh Raja Demak Bintoro ke III Sultan Trenggono ke Ratu Wulung Ayu, putri dari Sunan Gunung Jati dengan istrinya Nyimat Tepasari asal Majapahit," kata Arimbi.

Saat itu, lanjut Arimbi, suami Ratu Wulung Ayu, Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang juga menjabat sebagai Raja Demak ke II wafat. Kemudian, lanjut dia, gamelan pemberian Sultan Trenggono itu selalu dibunyikan setiap perayaan maulid.

"Pada saat Keraton terpecah menjadi dua Sultan, gamelan pusaka tersebut jatuh waris kepada Sultan Kanoman. Sampai sekarang masih dirawat dan dibunyikan saat maulid nabi, bentuk penghormatan kepada nabi," ucapnya.

Selain itu, Arimbi juga menerangkan gamelan sekaten tersebut dijadikan media penyebaran agama Islam pada zaman dahulu. "Makna pencucian gamelan ini sebagai pembersihan, penyucian diri kita. Karena bagaimanapun kita harus mengharapkan berkah dari kanjeng nabi," tutupnya.





(rdy/krs)

Hide Ads