Hong Seoyoon (32) merupakan salah satu difabel yang telah berkelana ke berbagai negara. Kondisinya yang harus menggunakan kursi roda tak menyurutkan semangatnya berwisata. Setidaknya sudah 30 negara ia kunjungi, termasuk salah satunya adalah Indonesia.
Selain hobi jalan-jalan, Seoyoon juga seorang aktivis yang vokal dalam menyeruakan hak para difabel sepertinya. Seoyoon melakukannya karena ia pernah merasakan diskriminasi. Hal itu terjadi saat Korea Selatan masih belum memahami pentingnya fasilitas penunjang untuk para difabel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seoyoon tidak bisa berjalan setelah mengalami cedera saat berenang. Ia mengalami rasanya mendorong kursi roda di kondisi jalan yang tak ramah difabel. Belum lagi karena fasilitas sekolah tak memadai untuk difabel, ia juga harus masuk sekolah khusus padahal secara kemampuan belajar ia masih mampu bersekolah di sekolah umum.
Berkaca dari hal tersebut, ia melanjutkan pendidikan tinggi sampai mendapatkan gelar master di bidang kesejahteraan sosial dari Seoul National University. Ia juga memperjuangkan hak kaum difabel untuk berwisata dengan mendirikan Accessible Korea (salah satu programnya adalah Tourism for All Korea), sebuah organisasi non profit yang mengadvokasi inklusi yang lebih besar dalam industri pariwisata untuk para penyandang cacat dan membuat rekomendasi kebijakan untuk sektor pariwisata.
Seoyoon ingin setiap orang punya kesempatan untuk merasakan keindahan dunia. Meskipun orang itu buta, tuli, atau berkursi roda, mereka juga ingin melakukan hal yang sama seperti traveler lainnya.
Dilansir dari South Morning China Post, Seoyoon mengatakan, "mereka (difabel) ingin bepergian, mereka ingin berkunjung ke tempat-tempat lain. Saya pikir mereka tidak berbeda. Memiliki keterbatasan bukan sesuatu yang spesial atau aneh."
![]() |
Seoyoon mengabadikan momen perjalanannya dalam sebuah buku berjudul 'Europe, There's No Reason Not To Go'. Buku ini adalah buku perjalanan pertama yang ditulis pengguna kursi roda.
Menurutnya dari seluruh negara yang sudah ia kunjungi, Swiss punya infrastruktur terbaik. Setiap tempat dihubungkan dengan fasilitas ramah difabel dan mereka mau melakukan investasi besar untuk kenyamanan wisatawan. Salah satu momen travelingnya yang paling berkesan adalah ketika mencoba paralayang di Swiss. Banyak orang bertanya padanya bagaimana rasanya melakukan olahraga yang terlihat mustahil dilakukan difabel itu. Paralayang pun bisa dilakukan asal fasilitasnya memadai dan pihak wisata mau mengusahakannya.
Seoyoon juga menjelaskan kalau fasilitas di Korea Selatan masih tertinggal bila dibandingkan ketika kunjungannya ke Jepang dimana transportasi umum mudah diakses difabel. Dari sejumlah pengalaman itu, Seoyoon mendorong pemerintah Seoul untuk membuat jalan dan transportasi publik menjadi ramah turis difabel.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Gratis di Korea Selatan |
Sejak 2017, Seoul telah memiliki 9.000 fasilitas ramah difabel termasuk lift, toilet khusus difabel dan membuat jalan dengan penanda untuk orang buta. Selain itu di awal 2019, mereka juga membuka Danurim Centre yang memberikan informasi tempat wisata dan transportasi yang bisa diakses difabel dalam dan luar negeri.
Manajer Seoul Tourism Organization, Bang Hyemin mengatakan, "tujuan kami adalah menjadikan Seoul sebagai kota yang universal sehingga semua orang bisa menikmati tanpa halangan."
Pemberlakuan kebijakan tersebut dilakukan berdasarkan masukan dari Seoyoon. Tak dapat dimungkiri, sosok Seoyoon telah menjadi ikon bagi pariwisata ramah difabel di Korea Selatan.
(krs/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum