Kisah Negara yang Melawan Wisata Seks

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Negara yang Melawan Wisata Seks

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 21 Nov 2019 16:10 WIB
Kisah Negara yang Melawan Wisata Seks
Republik Dominika (iStock)
Santo Domingo - Dulunya, wisata seks menjadi andalan di negara ini. Tapi sekarang, warganya mulai menentang dan melawan!

Negara itu adalah Republik Dominika, suatu negara di kepulauan Laut Karibia, Amerika Tengah. Bahkan bukan rahasia lagi, Dominika sudah menjadi salah satu destinasi wisata seks terkenal di dunia.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Kamis (21/11/2019), prostitusi merupakan hal yang legal di Republik Dominika, tapi dilarang mempekerjakan pekerja seks di bawah usia 18 tahun. Diperkirakan, jumlah wanita pekerja seks di sana sekitar 100.000 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Perjuangan Jepang Melawan Pelecehan Seksual di Kereta

Cuma 2 jam terbang dari Amerika Serikat, tak ayal turis dari Negeri Paman Sam begitu doyan untuk berwisata seks ke Republik Dominika. Turis dari Eropa yang naik kapal pesiar dengan rute Laut Karibia, juga suka mampir ke sana.

Turis di Republik DominikaTuris di Republik Dominika (iStock)

Kawasan pesisir di Republik Dominika sebut saja Las Terrenas, Cabarete, Sosua, dan Boca Chica memiliki resort-resort yang menawarkan paket wisata seks yang menggiurkan. Misalnya seperti, kencan semalam bersama 3 wanita, wild party, dan sebagainya.

Sejatinya, Republik Dominika punya bentang alam yang begitu indah. Lanskap pegunungan dengan air terjun, sampai pesisir pantai berpasir putih begitu ciamik. Ditambah dengan wisata seks, turis makin tergoda.

Pesisir pantai yang cantik di Republik DominikaPesisir pantai yang cantik di Republik Dominika (iStock)


BACA JUGA: Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan Religius

Wisata seks juga dinilai menjadi menaikkan perekonomian penduduk. Cuma 1 jam 'kencan', para pekerja seks sudah bisa mengantongi USD 50 atau setara Rp 770 ribuan.

(Halaman selanjutnya, wisata seks di Republik Dominika yang menjadi blunder dan penuh masalah)

Wisata Seks di Republik Dominika Menjadi Blunder

Foto: (iStock)
Wisata seks di Republik Dominika sudah mulai sejak tahun 2000-an. Saat siang hari, wanita di sana akan berdagang di pasar, kemudian malam harinya menjajakan diri.

Seiring berjalan waktu, muncul masalah-masalah dari wisata seks. Masalah-masalah itu yakni aksi kekerasan pada pekerja seks, petugas kepolisian yang melakukan pemerasan, pekerja seks di bawah umur, hingga pedagangan manusia.

Dalam penelusuran Reuters dan The Sun, faktanya ada pekerja seks yang berusia 13 tahun di Republik Dominika. Selain itu, kebanyakan para lelaki hidung belangnya adalah turis-turis yang berusia 50 tahun ke atas.

Kisah Negara yang Melawan Wisata SeksSaat malam, pantai ini dipenuhi pekerja seks (iStock)



BACA JUGA: Horor! Backpacker Dicekik Saat Hubungan Seks & Dikubur di Hutan

Perdagangan manusia di kawasan Amerika Tengah paling banyak di Republik Dominika. Banyak wanita-wanita yang diselundupkan dari Haiti, Puerto Rico, sampai Kuba untuk menjadi pekerja seks di sana.

Lama kelamaan, wisata seks menjadi blunder di Republik Dominika. Memang banyak uang datang, tapi lebih banyak masalah yang menimpa. Belum lagi soal HIV/AIDS, angka penyakit tersebut di Republik Dominika termasuk salah satu paling tinggi di kawasan Amerika Tengah.

(Halaman selanjutnya, warganya melawan wisata seks)

Warga Republik Dominika Melawan Wisata Seks

Foto: (Reuters)
Seiring banyak masalah datang akibat wisata seks, warga negara Republik Dominika tak tinggal diam. Mereka menentang dan melawan!

Dilansir detikcom dari media lokal Domincan Today, warga di pesisir Kota Sosua sudah beberapa tahun belaakangan ini menentang wisata seks. Lewat Puerto Plata Destination Tourism Cluster (CTDPP) warganya punya gerakan bernama 'Rescuemos Nuestro Paraiso' yang artinya selamatkan surga kami.

Warganya bersatu, dari aktivis kemanusiaan, pendeta gereja, pengusaha, pelaku wisata, hingga pemerintah kotanya ikut dalam gerakan tersebut. Mereka ingin menghapus wisata seks dari kotanya.

"Kami mau menyelamatkan anak-anak gadis kami, masa depannya, dan kehidupannya," tulis salah satu misi gerakannya.

BACA JUGA: Amsterdam, Kota Dosa yang Mau Berubah

Lewat gerakan tersebut, warga kotanya ingin meningkatkan kualitas pariwisata. Destinasi pantai dan hutannya bisa dilengkapi berbagai fasilitas atau ditambahkan berbagai wahana tambahan untuk turis.

Berbagai atraksi tari-tarian dan festival juga siap digelar. Ujung-ujungnya supaya, Kota Sosua dan nanti ke depannya Republik Dominika bisa lepas dari wisata seks.

Namun tentu, melawan wisata seks di Republik Dominika tidaklah mudah. Sebab, masih ada aturan undang-undang yang melegalkan prostitusi. Kalau mau mengubah undang-undangnya, dipastikan tidak makan waktu sebentar.

Tapi kalau warganya mau melawan wisata seks, mengapa negaranya dalam hal ini pemerintahnya tidak ikut sekalian?

Halaman 2 dari 3
Wisata seks di Republik Dominika sudah mulai sejak tahun 2000-an. Saat siang hari, wanita di sana akan berdagang di pasar, kemudian malam harinya menjajakan diri.

Seiring berjalan waktu, muncul masalah-masalah dari wisata seks. Masalah-masalah itu yakni aksi kekerasan pada pekerja seks, petugas kepolisian yang melakukan pemerasan, pekerja seks di bawah umur, hingga pedagangan manusia.

Dalam penelusuran Reuters dan The Sun, faktanya ada pekerja seks yang berusia 13 tahun di Republik Dominika. Selain itu, kebanyakan para lelaki hidung belangnya adalah turis-turis yang berusia 50 tahun ke atas.

Kisah Negara yang Melawan Wisata SeksSaat malam, pantai ini dipenuhi pekerja seks (iStock)



BACA JUGA: Horor! Backpacker Dicekik Saat Hubungan Seks & Dikubur di Hutan

Perdagangan manusia di kawasan Amerika Tengah paling banyak di Republik Dominika. Banyak wanita-wanita yang diselundupkan dari Haiti, Puerto Rico, sampai Kuba untuk menjadi pekerja seks di sana.

Lama kelamaan, wisata seks menjadi blunder di Republik Dominika. Memang banyak uang datang, tapi lebih banyak masalah yang menimpa. Belum lagi soal HIV/AIDS, angka penyakit tersebut di Republik Dominika termasuk salah satu paling tinggi di kawasan Amerika Tengah.

(Halaman selanjutnya, warganya melawan wisata seks)

Seiring banyak masalah datang akibat wisata seks, warga negara Republik Dominika tak tinggal diam. Mereka menentang dan melawan!

Dilansir detikcom dari media lokal Domincan Today, warga di pesisir Kota Sosua sudah beberapa tahun belaakangan ini menentang wisata seks. Lewat Puerto Plata Destination Tourism Cluster (CTDPP) warganya punya gerakan bernama 'Rescuemos Nuestro Paraiso' yang artinya selamatkan surga kami.

Warganya bersatu, dari aktivis kemanusiaan, pendeta gereja, pengusaha, pelaku wisata, hingga pemerintah kotanya ikut dalam gerakan tersebut. Mereka ingin menghapus wisata seks dari kotanya.

"Kami mau menyelamatkan anak-anak gadis kami, masa depannya, dan kehidupannya," tulis salah satu misi gerakannya.

BACA JUGA: Amsterdam, Kota Dosa yang Mau Berubah

Lewat gerakan tersebut, warga kotanya ingin meningkatkan kualitas pariwisata. Destinasi pantai dan hutannya bisa dilengkapi berbagai fasilitas atau ditambahkan berbagai wahana tambahan untuk turis.

Berbagai atraksi tari-tarian dan festival juga siap digelar. Ujung-ujungnya supaya, Kota Sosua dan nanti ke depannya Republik Dominika bisa lepas dari wisata seks.

Namun tentu, melawan wisata seks di Republik Dominika tidaklah mudah. Sebab, masih ada aturan undang-undang yang melegalkan prostitusi. Kalau mau mengubah undang-undangnya, dipastikan tidak makan waktu sebentar.

Tapi kalau warganya mau melawan wisata seks, mengapa negaranya dalam hal ini pemerintahnya tidak ikut sekalian?

(aff/krs)

Hide Ads