Pattaya, Ikon Seksi Thailand yang Mau Lebih Sopan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pattaya, Ikon Seksi Thailand yang Mau Lebih Sopan

Putu Intan Raka Cinti - detikTravel
Kamis, 21 Nov 2019 22:34 WIB
Dunia malam Pattaya di Thailand (iStock)
Pattaya - Pattaya, yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata seks, mulai 'dibersihkan' dari industri tersebut. Dimulai pertengahan tahun ini.

Sebagaimana dilaporkan situs The Thaiger, sekelompok aparat yang terdiri atas polisi, tentara, dan polisi pariwisata melakukan inspeksi ke lokasi prostitusi terkenal di Pattaya yaitu Walking Street pada awal Juni 2019 lalu.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada inspeksi tersebut mereka memeriksa sejumlah toko dan mengamankan bukti berupa foto. Dari hasil kegiatan malam itu, mereka mengatakan kalau mereka tidak menemukan aktivitas prostitusi di area tersebut.

Wakil Kepala Polisi Chonburi, Pol Col Pongphan Wongmaneethet mengatakan pada media bila turis atau publik menemukan bukti adanya prostitusi, mereka bisa menelpon 191. Selain itu, mereka juga bisa langsung melaporkan hal tersebut kepada petugas di Kantor Polisi Wisata yang letaknya ada di ujung jalan.

Pattaya, Ikon Seksi Thailand yang Mau Lebih SopanPertunjukan Ladyboy di Pattaya (Yolanda Sri/d'Traveler)

Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk mewujudkan reputasi Pattaya sebagai destinasi wisata berkelas dunia. Sebelumnya, pada 2016 Menteri Pariwisata Thailand, Kobkarn Wattanavrangkul pernah berjanji untuk menutup industri seks di Pattaya.

Kala itu ia mengatakan, "Turis jangan datang ke Thailand untuk hal seperti itu (seks). Mereka datang ke sini untuk budaya yang indah. Kami ingin Thailand memiliki wisata berkualitas. Kami ingin industri seks hilang." Akan tetapi sebelum hal itu tercapai, jabatan Kobkarn sebagai menteri diganti pada November 2017.

Serupa seperti penutupan Doli di Surabaya atau Kalijodo di Jakarta, rencana menutup lokasi prostitusi itu bukan perkara mudah. Apalagi di Thailand sendiri, industri ini sudah berjalan lama yang puncaknya pada masa Perang Vietnam. Pada 1960, industri seks telah ditetapkan sebagai bisnis ilegal.

Jalanan Pattaya yang dipenuhi wanita penghiburJalanan Pattaya yang dipenuhi wanita penghibur (Getty Images)

Wisata seks di Thailand sendiri lebih sulit ditutup lantaran pelanggan prostitusi di Pattaya juga didominasi warga Thailand sendiri. Di sana, melakukan transaksi seks bukanlah hal yang tabu meskipun juga tak dibenarkan.

Seperti dilansir dari situs ABC, Kamis (21/11/2109), survei perilaku seks yang dilakukan pada orang Thailand menunjukkan setidaknya ada 450 ribu laki-laki Thailand yang menjadi pelanggan prostitusi setiap harinya. Angka ini menunjukkan kalau pelanggan para pekerja seks ini bukan cuma orang asing.

Untuk para pekerja seks sendiri, mereka umumnya datang dari Isaan, sebuah daerah di timur laut Thailand yang merupakan daerah pertanian yang miskin. Salah satu pekerja seks mengatakan, ia mematok tarif antara 1.000 sampai 1.500 baht atau sekitar Rp 460-700 ribu per jam dengan rata-rata 3 pelanggan per malam. Penghasilan ini lebih besar jika dibandingkan bekerja di Isaan dimana pendapatan masyarakat pada tahun 2016 adalah Rp 7,5 juta per tahun.




Tidak ada data pasti yang menunjukkan jumlah dari para pekerja seks ini. Menurut situs Havoscape yang memiliki database tentang global black market, pada 2015 setidaknya ada 250 ribu pekerja seks di Thailand. UNAIDS mengestimasi jumlah pekerja seks sebanyak 147 ribu orang. Akan tetapi, beberapa NGO mencatat jumlahnya mencapai 2 juta orang.

Namun tidak semua pekerja seks ini adalah orang Thailand, ada juga yang berasal dari Rusia, Ukraina, dan Asia Tengah. Penghasilan industri seks ini mencapai total USD 6,4 miliar atau sekitar Rp90 triliun, dimana penghasilan ini menyumbang 10 persen GDP Thailand.





Memberantas industri seks ini agaknya menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah bagi pemerintah Thailand. Dilansir dari South Morning China Post, dosen hukum dari Universitas Thammasat Bangkok, Akawat Laowonsiri lebih menyarankan pemerintah untuk menyesuaikan hukum prostitusi Thailand dengan realita yang ada.

Laowonsiri mengajukan aturan yang akan melindungi hak para pekerja seks yaitu mendapatkan perlakuan dan bayaran secara adil. Ia meyakinkan mereka yang khawatir bahwa perubahan dalam peraturan itu akan meningkatkan jumlah orang yang bergabung dalam industri seks karena menurutnya jumlah pekerja seks ini terus menurun sejak perang Vietnam.


(rdy/rdy)

Hide Ads